BREAK
Loading...

Pekerja, Bukan Pembantu Tau!

PRT itu bukan budak atau pembantu
MFILES - Saya teringat kisah kawanku yang coba menulis siapa dirinya, cerita seorang buruh yang nekat merantau ke Hong Kong untuk mengadu nasib menjadi buruh migran atau yang sering disebut oleh cak Imin dengan Tenaga Kerja Wanita. Ia tentu saja sudah dapat kita duga mendapatkan perlakuan tidak manusiawi sebagai “pembantu” selama kurang lebih 3 tahun bekerja.

Fenomena “pembantu” yang dipandang sebelah mata dan rendah ini bukan hanya terjadi di negeri orang saja, tapi juga di negeri kita sendiri. Masih banyak masyarakat yang memandang “pembantu” sebagai “robot” yang disuruh suruh saja tanpa memperhatikan sisi kemanusiaannya.

Anehnya, saat musim mudik Lebaran, saat banyak pembantu rumah tangga meninggalkan majikannya untuk pulang kampung dan bertemu keluarga di kampung halamannya, banyak majikan yang merasa kerepotan mengurus urusan rumahnya sendiri. Mereka selalu merasa stress saat harus melakukan semua pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh pembantu rumah tangga mereka, mulai dari membersihkan rumah, menjaga anak hingga memasak.

Fenomena ini sebaiknya menjadi bahan introspeksi kita bahwa sebenarnya yang disebut sebagai pembantu, babu, atau apalah sebutan yang anda berikan kepada mereka ternyata memberi kontribusi cukup besar dalam mempermudah kehidupan kita. Peran mereka sangatlah besar dalam kehidupan kita. Mereka adalah “orang penting” dalam keseharian kita. Tanpa mereka banyak orang akan mengalami kesulitan menjalani kehidupan sehari harinya.

“Dibalik nama besar anggota DPR, Gubernur, (malas kali aku nulis jabatan-jabatan pembesar itu... begitulah) semua yang merasa dirinya terhormat, ada orang-orang kecil yang berkontribusi terhadap kebesaran dia - sang pekerja rumah tangga (PRT).

Kita sering lupa akan peran mereka dan kontribusi positif yang sudah mereka lakukan untuk kita. Kita sering merasa bahwa keberhasilan dan kehebatan saya adalah atas usaha saya sendiri.

Namun, pernahkah anda membayangkan dibalik jadwal anda yang padat di luar rumah, pergi dari pagi dan pulang malam hari, anda masih harus melakukan pekerjaan rumah yang belum diselesaikan? Tentunya sebagian dari kita akan merasa tidak sanggup melakukan itu semua. Kita tidak sadar, bahwa kita bisa beristirahat dengan baik di kamar karena ada peran mereka yang selalu membersihkan kamar kita setiap hari sehingga nyaman untuk digunakan beristirahat. Kita tidak sadar bahwa kita bisa tampil percaya diri karena ada mereka yang selalu mencuci dan merawat baju kita sehingga tampak licin dan wangi.

Kami tidak butuh dikasihani tapi pandanglah kami sebagai manusia, bukan budak. Oleh karena itu, muliakanlah mereka yang bekerja untuk anda. Bagaimana caranya ?

Sederhana, mulailah dengan tidak membeda bedakan apa yang anda makan dengan yang mereka makan. Anda tidak akan miskin dengan memberi mereka makanan yang sama dengan yang anda makan. Saat anda makan diluar, ajak dia untuk makan semeja dengan anda. Anda tidak akan kehilangan harga diri karena semeja dengan “pembantu” anda.

Banyak hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk memuliakan mereka, salah satunya adalah mendengar curhatan mereka? Kapan terakhir kali anda menanyakan perasaan mereka?

Pekerja rumah tangga juga manusia yang memiliki hak untuk didengar, dikasihi dan dihargai. Semoga kita semua menjadi orang yang mampu memuliakan orang kecil karena ada kata kata bijak mengatakan, muliakanlah orang kecil agar orang besar memuliakan hidupmu.
Sebarkan Artikel Ini :
Sebar di FB Sebar di Tweet Sebar di GPlus

About Unknown

WEBSITE ini didedikasikan untuk ilmu pengetahuan dan HUMAN BEING, silahkan memberikan komentar, kritik dan masukan. Kami menerima artikel untuk dimuat dan dikirim ke kawanram@gmail.com. Selanjutnya silahkan menghubungi kami bila memerlukan informasi lebih lanjut. Salam PEMBEBASAN!
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Post a Comment

PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.