Propaganda |
1. Propaganda sosialisme--yang meluas dan cerdik--dan serangan reguler (mobilisasi politik) memiliki keampuhan menuntun massa agar memiliki upaya--dengan berani--untuk membebaskan diri dari hal yang selama ini dikira sudah 'mapan', yaitu alienasi manusia oleh kapitalisme yang menjadikan manusia secara 'sukarela' menafkahkan kesadaran dan kerjanya pada doktrin borjuis/penindas [hegemoni palsu].
2. Melalui seni grafis dan sastra, agitasi dan propaganda, mempertemukan estetika futurisme dan revolusi. Bahan-bahan atau materialnya dari: kondisi sosial dan teknologi yang ada (basis produksi), dipertemukan dengan dialektika politik (gerakan sosial revolusioner), menghasilkan gambaran (futurisme) dari masa depan sejarah umat manusia. Sejarah umat manusia yang diretasnya setahap-demi setahap menuju kehendak sosialisme.
Sebelum mengerti bagaimana berorasi yang bagus, kita harus memahami dahulu apa itu orasi dan tujuan dari orasi. Orasi, merupakan salah satu metode untuk berpropaganda, meyakinkan massa luas ttg gagasan kita (pembebasan nasional utk sosialisme). Diterima atau tidaknya gagasan kita, bisa dilihat dlm 2 hal: 1. Orientasi kesadaran (perspektif ideology). 2. Tindakan politik.
Dalam literature bahasa Indonesia, Orasi adalah sebuah pidato formal, atau komunikasi oral formal yang disampaikan kepada khalayak ramai. Orasi bermacam-macam, ceramah merupakan salah satu bagian dari orasi, pidato, kultum, bahkan puisi merupakan bagian dari orasi, tetapi saat ini kata orasi mengalami penyempitan makna dan terkesan bermakna peyorasi, orasi dikenal di kalangan umum sebagai bentuk ungkapan melalui verbal yang disampaikan pada khalayak umum dan memiliki sifat persuasif (wikipwdia).
Orasi, dalam arena politik seringkali diasosiasikan oleh demonstrasi/aksi massa. Orasi merupakan sebuah tradisi dari sebuah pergerakan yang telah lama dikenal.
Tujuan dari orasi adalah: untuk menyampaikan pendapat dihadapan public/massa, baik itu dalam demonstrasi ataupun rapat-rapat akbar.
Ada 2 hal yang harus diperhatikan dalam berorasi yaitu isiannya yang harus memuat tentang: Agitasi dan Propaganda. Menurut pendapat seorang Marxist dari Inggris, Duncan Hallas (seorang anggota Partai Buruh Sosialis di Inggris), yang menulis artikel “Agitasi dan Propaganda” dinyatakan bahwa, “menurut kamus Oxford, mengagitasi adalah “membangkitkan perhatian (to excite) atau mendorong (stir it up)”, sedangkan propaganda adalah sebuah “rencana sistematis atau gerakan bersama untuk penyebarluasan suatu keyakinan atau doktrin”.
Kenapa butuh isian Agitasi dan Propaganda dalam berorasi?
Agitasi itu sendiri memuat isian ttg membakar semangat massa. Agitasi biasanya sebuah ajakan dalam sebuah jargon-jargon yang masih abstrak, kemudian propaganda-lah yg berperan sebagai penjelas dalam orasi. Propaganda itu sendiri merupakan aktivitas untuk menjelaskan gagasan kita ke hadapan orang lain lewat banyak media. Jika dalam demonstrasi, propaganda bisa kita sampaikan lewat oral-verbal ataupun lewat selebaran, poster dan spanduk. Isian dari orasi, selebaran, poster, spanduk haruslah berisi Agitasi dan Propaganda.
Biasanya, dalam sebuah orasi, orator tampil di atas panggung dengan batasan waktu, apalagi jika kita aksi bersama kelompok lain (front). Maka, persoalan berikut adalah: bagaimana menyampaikan gagasan kita yang berisi banyak hal dalam waktu singkat (karena tidak mungkin kita menyampaikan semua perspektif ekonomi-politik sosialis dalam orasi selama 5 – 10 menit, sedangkan Marx sendiri menulis das capital bertahun2 sejak The Economic and Philosophic Manuscripts ditulisnya tahun 1844 sebagai pengantarnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam orasi yg berbatas waktu singkat:
1. Pahami tema/isu aksi, kemudian:
a. Sampaikan landasan2 dari isu tersebut. Misalnya jika aksi tentang penolakan RUU Kamnas, sampaikan kenapa RUU Kamnas itu lahir.
b. Sampaikan problematika nyata dari isu tersebut dalam kehidupan rakyat. Misalnya apa bahayanya RUU Kamnas terhadap massa/public.
c. Sampaikan counter-propaganda. Misalnya: tentang RUU Kamnas, ada sebagian kelompok yang berpropaganda SETUJU ataupun REVISI RUU Kamnas, maka kita harus menyerang gagasan mereka dengan penjelasan menurut perspektif kita, kenapa kita MENOLAK, bukan REVISI apalagi SETUJU.
d. Sampaikan jalan keluar politik dan ekonomi.
2. Pilih bahasa yang tepat dalam berorasià usahakan jangan memakai bahasa/logika yang sulit, agar massa mudah mengerti (ini bukan berarti under estimate).
3. Runut, tidak melompat-lompat.
4. Sampaikan Fakta (realita yg paling dekat dengan massa).
5. Berikan Jalan keluar politik dan ekonomi.
6. Berikan data. Agar tidak sekedar menuduh, sebaik-baiknya kita harus sanggup menyampaikan data.
7. Berikan agitasi (pengobaran semangat melawan). Agitasi bisa dalam bentuk jargon verbal maupun yel-yel dan sedikit lagu-lagu juang untuk mengobarkan semangat.
8. Yakinlah berbicara. Persoalan ‘yakin’ itu juga harus muncul dalam diri, artinya, kita sendiri juga harus yakin dgn ideology, perspektif dan stratak kita.
9. Pahami kondisi audiens/massa/pendengar.
Dari kesemuanya, yang penting lagi adalah: sampaikan dgn suara lantang, keras dan tegas dengan kesesuaian naik-turunnya nada (tekanan vocal dalam tiap kata/kalimat).
Orator ulung yang bisa kita jadi referensi diantaranya Siti Soendari, seorang agitator perempuan yg ada sebelum Soekarno muncul. Tentunya ini bukan Siti Soendari anaknya Dr.Soetomo, ya. Ini adalah Siti Soendari organizer serikat buruh kereta api di awal-awal tahun 20an. Kemudian ada juga Soekarno yang memiliki kemampuan sebagai agitator ulung bahkan dalam skala internasional.
Nah, dari Soekarno sendiri, dia memakai bahasa-bahasa kiasan tapi mudah dipahami dalam orasi-orasinya. Kita tahu jargon orasinya yang terkenal itu: “Inggris kita linggis, Amerika kita setrika, Jepang kita tendang”, itu adalah bentuk agitasi dalam orasi Soekarno. Abstrak memang, namanya juga agitasi. maka, dalam propaganda, kita harus jelaskan apa landasan agitasi-agitasi kita.
Secara teoritik, variasi metode penyampaian orasi adalah sebbagai berikut:
- Kronologis, penjelasan yang menerangkan peristiwa berdasarkan urutan waktu/tahapan.
- Ilustrasi, pernyataan yg umum—penjelasan—contoh pertentangan atau perbandingan.
- Kausalita, hubungan sebab akibat terjadinya suatu fenomena.
- Deskriftif, menggambarkan suatu hal atau keadaan (suaasana, bentuk, ciri, warna, rasa).
- Problem solving, deskripsi mengenai peristiwa, analisis sebab akibat, solusi.
- Deduktif dan Induktive, menguraikan hal yg umum kemudian menyeretnya kepada suatu hal yang kecil; uraian hierarkis.
- Klimaks dan Anti Klimaks, menempatkan posisi yang dianggap paling penting pada akhir suatu penjelasan.
- Familiaritas, mengemukakan sesuatu yg dikenal kemudian pindah kepada sesuatu hal yang asing.
- Akseptabilitas, mengemukakan gagasan yg diterima secara umum dan berlaku secara universal.
Sekian.
0 komentar :
Post a Comment
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.