BREAK
Loading...

Seputar Pembantaian 65 Bagian [1]

Kudeta Militer

Berikut terjemahan dari beberapa dokumen yang merupakan konter publikasi seputar pembantaian 1965. Ada empat dokumen yang merupakan bukti adanya upaya mengorganisir kembali kekuatan kiri, khususnya komunis, serta munculnya perlawanan terhadap pembantaian 1965 yang diorganisir oleh Angkatan Darat. Babakan ini meskipun tidak mencapai kemenangan dan gagal membalikkan keadaan, merupakan episode sejarah yang patut dipelajari baik dari segi teori, politik, dan sebagainya. Meskipun sejarah mencatat bahwa perlawanan ini gagal dan rakyat Indonesia menderita 32 tahun lamanya di bawah rezim Soeharto, penting bagi kita untuk mempelajari sejauh mana Partai Komunis Indonesia bertahan, bagaimana proses mereka mengoreksi diri dan memformulasikan garis politik pasca pemberangusan dan pembantaian 1965. Empat dokumen terjemahan ini terdiri dari pertama, tajuk rencana Hongqi (Bendera Merah) jurnal dwi-bulanan Partai Komunis Tiongkok yang diterbitkan pada tahun 1967, kedua, Ringkasan Pernyataan dari Komite Sentral Partai Komunis Indonesia (bawah tanah) yang dikeluarkan pada 17 Agustus 1966, ketiga, Ringkasan “Oto-kritik dari Politbiro Komite Sentral Partai Komunis Indonesia” yang diterbitkan pada September 1966, serta “Indonesia: Perjuangan Berlanjut” tulisan dari jurnal “New Left Revolutionaries” yang memuat himpunan liputan dari sumber-sumber media asing mengenai perlawanan gerilya bawah tanah Partai Komunis Indonesia. Bumi Rakyat akan menerbitkan terjemahan dari publikasi-publikasi ini secara berkala ke dalam empat bagian.


Rakyat Indonesia, Bersatulah dan Berjuang, Gulingkan Rezim Fasis
Tajuk Rencana Hongqi (Bendera Merah), No.11, 1967 -
Setelah melancarkan kudeta kontra-revolusioner, klik sayap kanan militer Suharto-Nasution, antek setia Imperialisme AS dan sekutu anti-komunis dari revisionisme Soviet, mendirikan kediktatoran fasis dengan kekejaman yang tak dapat ditandingi di Indonesia.

Selama lebih dari setahun yang lalu, ia telah menerapkan kebijakan kontra revolusioner yang anti rakyat, penuh pengkhianatan, kediktatoran, anti-komunis, dan anti Tiongkok.

Dilancarkannya pula, teror putih dengan skala yang tak dapat ditandingi yang membantai beratus-ratus ribu Komunis dan rakyat revolusioner, serta menjebloskan beratus-ratus ribu putra dan putri Indonesia lainnya ke dalam penjara. Seluruh penjuru Indonesia telah berubah menjadi neraka di dunia. Dengan melancarkan penindasan berdarah-darah demikian, rezim diktator ini berusaha menghapus Partai Komunis Indonesia serta menyingkirkan revolusi Indonesia.

Klik ini juga secara terus menerus memelihara serta memupuk kebencian terhadap negara sosialis Tiongkok, yang mendukung perjuangan revolusioner rakyat Indonesia. Sudah berulang kali terjadi provokasi serius, kampanye anti Tiongkok dan anti-Tionghoa, serta penindasan rasis yang tidak manusiawi terhadap kaum Tionghoa pendatang. Rezim ini berusaha menyabotase persahabatan tradisional antara kaum Tionghoa peranakan dan kaum Tionghoa di luar negeri di satu sisi serta rakyat Indonesia di sisi lainnya, untuk mencegah agar kaum Tionghoa tidak mendukung revolusi rakyat Indonesia.

Kami menganalisis, berbagai macam penindasan dan penganiayaan terhadap Partai Komunis Indonesia dan rakyat Indonesia oleh klik sayap Kanan Suharto-Nasution hanya akan mempercepat datangnya gelombang perlawanan rakyat Indonesia serta revolusi yang akan mempercepat kehancuran rezim diktator itu sendiri. Kaum Komunis Indonesia dan rakyat yang gagah berani tidak bisa ditakut-takuti, ditindas, ataupun disingkirkan. Keteguhan rakyat Indonesia untuk revolusi tidak tergoyahkan, sama halnya dengan keteguhan rakyat Tiongkok yang mendukung revolusinya. Tak ada satupun tenaga reaksioner di muka bumi yang bisa menghalangi hal ini.

Kini, Kaum Komunis Indonesia dan rakyat revolusioner tengah menyusun kembali kekuatan-kekuatan mereka untu suatu pertempuran baru. Pernyataan Politbiro Komite Sentral Partai Komunis Indonesia pada 17 Agustus 1966 serta Oto-Kritik yang disahkan pada September 1966, sebagaimana yang diterbitkan oleh majalah Tribun Indonesia beberapa saat yang lalu, merupakan seruan dan panggilan bagi Kaum Komunis Indonesia, Kelas Pekerja, Kaum Tani, Kaum Intelektual Revolusioner, serta semua kaum revolusioner anti imperialis dan anti feodal, untuk bersatu dan menempuh perjuangan baru.

Dua dokumen Politbiru Partai Komunis Indonesia berikut merupakan pukulan bagi Imperialisme AS dan antek-anteknya, rezim diktator Suharto-Nasution, serta klik revisionis Partai Komunis Uni Soviet, serta merupakan dorongan mahadahsyat bagi rakyat revolusioner di Indonesia.

Dalam dua dokumen berikut, Politbiro Partai Komunis Indonesia meringkas pengalaman dan pelajaran-pelajaran Partai dalam memimpin perjuangan revolusioner rakyat Indonesia, mengkritik kesalahan-kesalahan oportunis Kanan yang dilakukan oleh kepemimpinan Partai di masa lalu, menunjukkan jalan keluar bagi revolusi Indonesia, serta merumuskan prinsip-prinsip perjuangan selanjutnya.

Dokumen-dokumen ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara semi-kolonial dan semi-feodal. Kediktatoran fasis militeris Suharto-Nasution merupakan rezim kelas-kelas paling reaksioner di Indonesia: Kaum Borjuasi Komprador, Kapitalis Birokrat, serta Kaum Tuan Tanah. Sudah merupakan tugas utama revolusi dalam tahapan saat ini untuk menggulingkan rezim kontra-revolusioner serta penguasaan reaksioner imperialisme dan feodalisme di Indonesia untuk mendirikan kediktaoran demokrasi rakyat dan membangun Indonesia baru yang sepenuhnya berdaulat dan demokratis.

Dokumen-dokumen tersebut, menggaris bawahi:
Untuk mencapai kemenangan sepenuhnya, revolusi Indonesia harus mengikuti jalan yang ditempuh revolusi Tiongkok.Hal ini berarti revolusi Indonesia secara tidak terelakkan harus mengadopsi bentuk utama perjuangan berupa perjuangan rakyat bersenjata melawan kontra-revolusi bersenjata, yang pada dasarnye merupakan revolusi agraria bersenjata kaum Tani di bawah kepemimpinan kelas Proletar.

Politbiro mengkritik garis revisionis Kongres ke-20 PKUS dan menunjukkan bahwa garis kontra-revolusioner tersebut telah mengakibatkan kerusakan serius bagi Partai Komunis Indonesia dan membawa kemunduran besar bagi gerakan revolusioner rakyat Indonesia. Revisionisme Modern, di bawah kepemimpinan PKUS sebagai pusatnya, merupakan bahaya terbesar bagi gerakan komunis Internasional dan bagi Partai Komunis Indonesia. Pelajaran berdarah dari hilangnya ratusan ribu nyawa di Indonesia sekali lagi menunjukkan bahwa jalan revisionis “transisi damai” yang dianjurkan kepemimpinan PKUS adalah jalan menuju liang lahat revolusi, jalan untuk menghancurkan Partai dan rakyat.

Dokumen-dokumen ini memandang bahwa kepemimpinan Partai di masa lalu telah menyelewengkan teori Marxis-Leninis mengenai negara dan secara sepihak menekankan kemungkinan-kemungkinan jalan damai dan jalan parlementer. Mereka mengklaim bahwa kekuatan negara borjuis Indonesia mengandung dua aspek, “aspek pro-rakyat” dan “aspek anti-rakyat”, dengan demikian mengharapkan perubahan fundamental dalam kekuatan negara melalui cara-cara damai dengan memperkuat dan memperbesar “aspek pro-rakyat”. Ini sesungguhnya tidak lebih dari ilusi palsu “transisi damai”.

Dokumen-dokumen ini mengkritik dan menyangkal teori “menggabungkan tiga bentuk perjuangan”, yaitu perang gerilya di pedesaan, gerakan buruh di perkotaan, serta kerja di dalam tenaga bersenjata musuh. Mereka menyatakan bahwa dengan mempertimbangkan “tiga bentuk perjuangan”, kepemimpinan Partai di masa lalu, alih-alih memimpin rakyat di jalan revolusi, malah memisahkan mereka melalui “jalan damai” dan dengan demikian hampir sepenuhnya mencampakkan perjuangan bersenjata. Dokumen-dokumen ini menekankan bahwa Kaum Marxis-Leninis Indonesia harus secara tegas mencampakkan teori yang penuh dengan kesalahan ini, serta menjunjung tinggi panji revolusi rakyat bersenjata, mendirikan daerah-daerah basis revolusioner sesuai dengan pengalaman revolusi Tiongkok, dan mengubah desa-desa terbelakang menjadi kubu-kubu pertahanan militer, politik, dan kebudayaan, yang terorganisir dan terkonsolidasi untuk revolusi.

Politbiro memandang bahwa merupakan tugas penting bagi Partai untuk mendirikan front persatuan anti imperialis dan anti feodal di bawah pimpinan kelas pekerja dan berdasarkan aliansi buruh dan tani. Untuk menjalankan hal ini, Partai harus memiliki program yang tepat, prinsip-prinsip yang tepat, taktik-taktik yang tepat, serta yang paling penting, harus berdasarkan bentuk perjuangan bersenjata yang berintegrasi dengan kaum Tani dan memenangkan dukungan mereka.

Dokumen-dokumen ini mengkritik slogan “Kerjasama nasional dengan ‘Nasakom’ sebagai inti” serta memandang bahwa hal itu merupakan pernyataan yang mengaburkan watak kelas dari front persatuan. Dalam upayanya untuk mendirikan front persatuan dengan kaum borjuasi nasional, kepemimpinan Partai di masa lalu mencabut peran independen dari kelas proletar serta mengubahnya menjadi sekedar lampiran bagi borjuasi nasional. Ia meletakkan tiga komponen Marxisme sebagai pasangan dari “Tiga Komponen Ajaran-Ajaran Sukarno” serta dengan cara yang tidak berprinsip memandang Sukarno sebagai “Pemimpin Besar Revolusi”. Sikap Partai yang penuh dengan kesalahan terhadap Sukarno merupakan perwujudan besar dari hilangnya independensinya dalam front persatuan.

Tugas berat kini terletak dalam membangun Partai Komunis Indonesia. Partai harus dibangun menjadi suatu Partai Marxis-Leninis yang bebas dari segala bentuk oportunisme, suatu partai yang sepenuhnya menentang legalisme, subyektivisme, subyektivisme, dan revisionisme modern.

Dokumen-dokumen ini menyatakan bahwa terkait pertanyaan bangunan Partai, kesalahan-kesalahan utama di masa lalu adalah “liberalisme dan legalisme”. Di dalamnya memuat kritik Partai karena kecenderungannya yang lebih mementingkan angka perekrutan, serta menunjukkan bahwa karakter massa Partai diekspresikan pertama kali bukan dalam besarnya keanggotaan namun dekatnya ikatan-ikatannya dengan massa, dalam garis politik mempertahankan kepentingan-kepentingan massa dan penerapan garis massa secara menyeluruh.

Demi membangun suatu Partai Marxis Leninis revolusioner, Politbiro Partai Komunis Indonesia memanggil seluruh jajaran Partai untuk meningkatkan pendidikan Marxisme Leninisme, pemikiran Mao Tse Tung, untuk menyimpulkan pengalaman historis Partai dan melaksanakan kampanye pembetulan.

Dokumen-dokumen ini menunjukkan:
Pengalaman perjuangan yang dikobarkan Partai di masa lalu telah menunjukkan betapa mutlaknya bagi Kaum Marxis-Leninis Indonesia yang memutuskan untuk mempertahankan Marxisme-Leninisme dan memerangi revisionisme modern, untuk tidak saja mempelajari ajaran-ajaran Marx, Engels, Lenin, dan Stalin, namun juga menaruh perhatian khusus untuk mempelajari pemikiran Mao Tse Tung yang telah berhasil secara gemilang, mewarisi, mempertahankan, dan mengembangkan Marxisme Leninisme sampai puncaknya di masa kini.

Setelah menyimpulkan pengalaman historis revolusi Indonesia, Pernyataan dan Oto-Kritik Politbiro Komite Sentral Partai Komunis Indonesia sampai pada kesimpulan penting berikut:

Untuk memenangkan revolusi demokratis rakyat, kaum Marxis Leninis Indonesia harus menjunjung tinggi Tri Panji Partai, yaitu:

Panji pertama, membangun Partai Marxis Leninis yang bebas dari subyektivisme, oportunisme, dan revisionisme modern.

Panji kedua, perjuangan rakyat bersenjata yang pada intinya merupakan perjuangan bersenjata Kaum Tani dalam revolusi agraria anti-feodal di bawah kepemimpinan kelas pekerja.

Panji ketiga, front persatuan nasional berdasarkan aliansi buruh dan tani di bawah kepemimpinan kelas pekerja.

Kesimpulan yang ditarik oleh Polit Biro Partai Komunis Indonesia menyangkut “Tri Panji” sesuai dengan Marxisme Leninisme, pemikiran Mao Tse Tung, dan akan memainkan eran penting dalam memandu revolusi Indonesia.

Jalan yang dirintis oleh Kawan Mao Tse Tung untuk revolusi Tiongkok adalah jalan yang mana “kekuasaan politik muncul dari ujung senapan”[1], jalan yang menyandarkan diri pada kaum tani, mendirikan basis-basis revolusioner pedesaan, mengepung kota-kota dari daerah-daerah pedesaan, serta akhirnya menaklukkan kota-kota.

Dengan meringkas pengalaman revolusi Tiongkok, Kawan Mao Tse Tung mengatakan:
Kita memiliki banyak pengalaman berharga. Partai yang berdisiplin dan dipersenjatai dengan teori Marxisme Leninisme, menggunakan metode oto-kritik, dan terhubung dengan massa rakyat; suatu tentara di bawah kepemimpinan Partai demikian; suatu front persatuan dari semua kelas revolusioner dan semua kelompok revolusioner di bawah kepemimpinan Partai demikian-merupakan tiga senjata utama kita mengalahkan musuh, Mereka membedakan kita dari pendahulu kita. Dengan mengandalkan mereka, kita sudah memenangkan kemenangan yang mendasar[2].

Dalam perjalanan memimpin perjuangan rakyat Tiongkok untuk meraih kekuasaan politi, Partai Komunis Tiongkok telah memiliki kemenangan-kemenangan dalam revolusi sebagaimana pula memiliki kekalahan-kekalahan serius. Kekalahan-kekalahan dan kemenangan-kemenangan Partai, kemunduran-kemundurannya dan kemajuan-kemajuannya, penyusutan dan pertumbuhannya, perkembangan dan konsolidasinya, semua terkait erat dengan tepat atau tidaknya garis politik Partai menangani pertanyaan-pertanyaan mengenai perjuangan bersenjata dan front persatuan. Perjuangan bersenjata dan front persatuan adalah dua senjata dasar untuk menaklukkan musuh. Front persatuan adalah front persatuan untuk melancarkan perjuangan bersenjata. Organisasi Partai adalah pejuang-pejuang gagah berani yang menggunakan kedua senjata ini. Demikianlah tiga hal tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Kawan Mao Tse Tung mengatakan: “Dengan memahami secara tepat tiga pertanyaan ini (front persatuan, perjuangan bersenjata, dan pembangunan Partai) serta kesalingterkaitannya adalah setara dengan memberikan kepemimpinan yang tepat pada seluruh revolusi Tiongkok.”[3]

Saat ini, terror putih dan semua kekerasannya tengah merajai Indonesia. Partai Komunis Indonesia kini dihadapkan dengan tugas yang kompleks dan kondisi yang luar biasa sulit. Perjuangan Partai tengah menghadapi perubahan besar: suatu peralihan dari kota-kota ke pedesaan, dari perjuangan damai ke perjuangan bersenjata, dari legal ke ilegal, dari terbuka ke rahasia. Bagi suatu Partai, yang kerja utamanya selama kurun waktu yang lama merupakan pekerjaan terbuka dan legal di perkotaan, perubahan ini bukanlah suatu hal yang mudah. Perubahan ini pasti menghadapi banyak kesulitan. Namun kenyataan obyektif dari perjuangan bersenjata, mendorong rakyat untuk menciptakan perubahan dan mendorong mereka untuk mempelajari perjuangan bersenjata, dan dengan demikian tidak ada cara lain bagi mereka selain untuk menguasainya. Kenyataannya, asalkan mereka teguh dan mengatasi semua kesulitan, tak diragukan lagi pasti mereka bisa.

Kawan Mao Tse Tung berkata:
Suatu perang revolusioner dijalankan oleh massa: bukan masalah belajar dulu baru berpraktek, namun berpraktek dan belajar, karena berpraktek itu juga merupakan tindakan belajar. Terdapat jarak antara masyarakat sipil dan tentara namun hal itu bukanlah Tembok Besar dan bisa dijembatani, dan caranya adalah dengan berpartisipasi dalam revolusi, dalam perang[4].

Kami yakin bahwa Kaum Marxis Leninis Indonesia yang dipandu oleh Marxisme Leninisme dan pemikiran Mao Tse Tung yang tak terkalahkan, akan mengatasi rintangan demi rintangan, mempengaruhi perubahan historis dan memimpin rakyat Indonesia dalam long march untuk mencapai kemenangan revolusi.

Partai Komunis Tiongkok dan rakyat Tiongkok secara terus menerus memikirkan perjuangan Partai Komunis Indonesia dan rakyat Indonesia. Hati kami secara erat terkait dengan hati saudara-saudara sekelas di Indonesia. Kami berdiri tanpa tergoyahkan di sisi Partai Komunis Indonesia, di sisi rakyat revolusioner Indonesia, dan mendukung Partai Komunis Indonesia dalam memimpin perjuangan rakyat Indonesia untuk menggulingkan rezim fasis Suharto-Nasution serta mendirikan Indonesia Baru yang sepenuhnya merdeka dan demokratis.

Kawan Mao Tse Tung berkata:
Seluruh kekerasan dari tenaga-tenaga kegelapan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, telah membawa bencana kepada bangsa kita, namun kekerasan demikian walaupun menandakan bahwa tenaga-tenaga kegelapan masih memiliki sisa-sisa kekuatan namun juga menandakan bahwa mereka sudah terpojok dan perlahan-lahan rakyat akan menuju kemenangan.

Di satu sisi dokumen-dokumen Politbiro Partai Komunis Indonesia telah menjelaskan dengan tegas, di sisi lain kediktatoran militer Jenderal-Jenderal sayap Kanan dan Imperialis AS, yang mendukung rezim reaksioner ini, semuanya tak lebih dari sekedar macan kertas. Penampilannya kelihatannya menakutkan, namun kenyataannya mereka lemah.

Mendung gelap tidak bisa terus menerus menghalangi sinar matahari yang pasti akan menyinari seluruh Indonesia. Kemenangan akhirnya akan diraih oleh Partai Komunis Indonesia dan rakyat Indonesia.

-------------------------------------------------
[1] Mao Tse-tung, “Problems of War and Strategy”, Selected Works, Vol. II, Foreign Languages Press, Peking, 1965, p. 224.
[2] Mao Tse-tung, “On the People’s Democratic Dictatorship”, Selected Works, FLP, 1961, Vol. IV, p. 422.
[3] Mao Tse-tung, “Introducing The Communist”, Selected Works, FLP, 1965, Vol. 11, p. 288.
[4] Mao Tse-tung, “Problems of Strategy in China’s Revolutionary War”, Selected Works, FLP, 1965, Vol. 1, p. 190.

sumber: bumirakyat
Sebarkan Artikel Ini :
Sebar di FB Sebar di Tweet Sebar di GPlus

About Unknown

WEBSITE ini didedikasikan untuk ilmu pengetahuan dan HUMAN BEING, silahkan memberikan komentar, kritik dan masukan. Kami menerima artikel untuk dimuat dan dikirim ke kawanram@gmail.com. Selanjutnya silahkan menghubungi kami bila memerlukan informasi lebih lanjut. Salam PEMBEBASAN!
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Post a Comment

PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.