Kumpulan tulisan mengenai revolusi tentu sangat menarik banyak pihak, dan tentu saja sebagai referensi akan dipublikasikan di weblog ini kisah tentang berbagai revolusi di dunia. Brosing, membacanya lalu memberi pengantar sedikit tentu saja mudah-mudahan dapat berguna juga.
-------------------------------------------------
Judul :
REVOLUSI BURUH DI DUNIA BAG. IV – REVOLUSI OKTOBER 1917 DI RUSIARevolusi Rusia |
Slogan Kaum Bolshevik “Tanah, roti, dan perdamaian” telah menarik perhatian massa dan mencerminkan kebutuhan mendesak mereka untuk mengakhiri perang dan mewujudkan perubahan sosial. Namun Pemerintahan Sementara berkhianat serta memandang gerakan buruh sebagai musuh utamanya, dan bukannya kaum majikan dan tuan tanah. Pemerintahan Sementara menyikapi peristiwa-peristiwa Juli dengan memburu dan menangkapi para pimpinan Bolshevik serta memfitnah mereka sebagai mata-mata Jerman. Sebagaimana yang terjadi di masa represi Tsar, kaum Bolshevik terpaksa bergerak di bawah tanah. Lenin pun bersembunyi.
Dalam waktu yang singkat, gerakan buruh terdemoralisasi dan terpukul mundur. Kaum majikan melancarkan serangan-serangannya, mencoba menghancurkan kontrol buruh yang telah dimenangkan kelas buruh. Namun kaum buruh masih memiliki organisasi-organisasi mereka yaitu soviet-soviet sehingga taktik-taktik lock-out para majikan berhasil digagalkan. Sementara itu, kaum tani yang muak menunggu tindakan Pemerintahan Sementara, akhirnya merebut tanah di seluruh negeri. Perang ofensif yang dilancarkan Pemerintahan Sementara akhinya gagal dan tentara semakin mengalami perpecahan karena banyak prajurit yang membangkang secara massal.
Front Persatuan Melawan Reaksi
Tersentak oleh adanya semangat revolusioner yang berkobar di antara massa, salah satu anggota kelas penguasa sekaligus seorang jenderal reaksioner, Kornilov, mulai merencanakan suatu kudeta milter melawan pimpinan pemerintahan yang baru, Kerensky. Jelas, targetnya bukan hanya Kerensky, namun juga soviet-soviet dan revolusi itu sendiri. Karena itu kaum Bolshevik membentuk suatu front persatuan dengan pasukan-pasukan yang setia pada Pemerintahan Sementara. Namun sembari mengerahkan sumber daya militer dan industri melawan Kornilov, meeka juga mengobarkan perjuangan politik melawan Kerensky. Mereka menuntut agar buruh dipersenjatai untuk melawan kaum kontra-revolusioner. Selain itu mereka juga menuntut kontrol buruh dan tanah untuk kaum tani. Hanya dengan demikianlah antusiasime massa bisa digembleng untuk mengalahkan kaum reaksikoner.
Hanya dalam hitungan hari, front persatuan menang dan kudeta Kornilov buyar berantakan. Namun apa yang tidak kalah pentingnya adalah kaum Bolshevik berhasil meraih kemenangan politik yang krusial terhadap Pemerintahan Sementara yang pro-kapitalis dan elemen-elemen moderat di gerakan buruh dan gerakan sosialis. Energi dan organisasi revolusioner kaum Bolshevik, sumber daya yang bisa mereka kumpulkan dan disiplin yang bisa mereka tegakkan, tidak hanya berperan vital dalam mengalahkan Kornilov, namun juga mengekspos kelemahan dan kebimbangan rival-rival politik mereka. Berbagai peristiwa telah membawa transformasi situasi dan hal ini dengan seketika tercermin dalam susunan dan kepemimpinan soviet-soviet, yang mana—karena mereka berdasarkan delegasi-delegasi yang bisa dipilih dan ditarik setiap saat—bisa berubah secara drastis. Akhir Agustus, kaum Bolshevik menguasai mayoritas delegasi di soviet Petrograd, dan Trotsky, yang sudah bergabung bersama mereka, sekali lagi terpilih sebagai Presidennya—sebagaimana yang juga terjadi pada tahun 1905. Segera setelah itu, kaum Bolshevik juga memenangkan mayoritas dalam soviet Moskow.
Mereka kini menjadi organisasi pemimpin kelas buruh dengan keanggotaan mendekati seperempat juta (meningkat drastis dari sekedar beberapa ribu keanggotaan di bulan Maret) serta memiliki dukungan signifikan diantara para prajurit,, pelaut, dan lapisan-lapisan kaum tani. Hal ini mencerminkan suatu perubahan kualitatif dalam situasi politik dan menempatkan revolusi buruh dalam agenda. Bagaimanapun juga tingkat kesadaran kelas diantara kaum buruh tidak merata. Bulan Oktober, pemogokan-pemogokan yang dilakukan oleh seksi-seksi buruh yang paling militan dan paling maju secara politik, seperti buruh-buruh metal, telah menurun, sementara buruh-buruh yang lebih baru dan kurang terampil baru sekarang melakukan aksi mogok.
Hal ini merupakan sesuatu yang sangat signifikan. Seksi pemimpin dan paling militan dari kelas buruh telah sampai pada kesimpulan bahwa pemogokan itu sendiri sudah tidak cukup lagi. Tuntutan-tuntutan buruh—yang bersifat ekonomi dan politik sekaligus—tidak bisa dipenuhi dalam kerangka politik yang saat itu berlaku. Sedangkan seksi-seksi buruh yang baru, dengan sedikitnya pengalaman dan kurangnya tradisi perjuangan, dan tengah terkunci dalam perjuangan melawan kaum majikan, menarik pelajaran yang sama dan bergerak menuju kesimpulan-kesimpulan yang sama. Sebagaimana yang dikatakan Trotsky:
“Semangat revolusioner massa makin kritis, makin mendalam, dan makin risau. Massa tengah mencari kepemimpinan yang bisa diandalkan—apalagi di antara massa yang sebelumnya membuat kesalahan dan menderita kekalahan. Mereka ingin diyakinkan bahwa kita akan dan mampu memimpin mereka dalam pertempuran menentukan yang bisa diandalkan untuk mencapai kemenangan…kaum proletar berkata…tak ada lagi yang dicapai dari pemogokan, demonstrasi, dan protes-protes lainnya. Sekarang kita harus bertempur.”
Setelah upaya kudeta Kornilov, Lenin menyatakan bahwa sekarang makin mendesak untuk maju dan mengambil kesempatan. Dia tahu bahwa dalam situasi yang makin tidak stabil, kelas buruh hanya punya dua pilihan. Maju dan merebut kekuasaan atau digilas kaum kapitalis yang merebut kembali kendali mereka. Pembantaian yang menyusul kekalahan Komune Paris 1871 dan represi hebat pasca revolusi 1905 merupakan suatu peringatan keras. Dalam situasi dimana krisis politik dan ekonomi terdalam sudah berlaku, suatu transisi damai menuju demokrasi borjuis yang stabil sama sekali bukanlah pilihan. Sebagaimana yang dinyatakan Trotsky kemudian, bilamana kelas buruh Rusia tidak merebut kekuasaan, maka kata “fasisme” akan muncul dari bahasa Rusia dan bukannya bahasa Italia.
Melalui pamflet yang disebarluaskan berjudul Marxisme dan Insureksi, Lenin menyebutkan prasyarat-prasyarat suatu insureksi. Salah satunya adalah “simpati mayoritas rakyat, yang sudah dibuktikan oleh fakta-fakta obyektif” seperti memenangkan soviet-soviet, popularitas luas program Bolshevik, dukungan di kalangan tentara dan kaum tani, pendiskreditan pemerintahan saan ini, dan kemampuannya untuk mengakhiri perang dan meningkatkan ekonomi yang bobrok. Semua kondisi ini telah terpenuhi. Namun bagaimana suatu insureksi dijalankan?
Soviet-soviet telah mendirikan suatu Komite Revolusioner Militer (KRM) untuk mempertahankan revolusi dari pihak-pihak seperti Kornilov. Trotsky menyatakan (dan berhasil meyakinkan Lenin) bahwa Komite ini—dan bukannya organisasi partai manapun—yang merupakan kendaraan untuk mengobarkan insureksi, karena memiliki klaim legitimasi untuk merepresentasikan semua kelas. Lenin dan Trotsky masih dihadapkan dengan penentangan dari dalam partai Bolshevik. Mereka punya dukungan solid dari anggota biasa, banyak diantaranya merupakan buruh yang teradikalisasi. Namun beberapa “Bolshevik tua” yang gelagapan dan tertinggal dari cepatnya berbagai perkembangan yang terjadi sejak Februari dan merasa terintimidasi oleh repesi di hari-hari Juli, merasa khawatir dan takut mengambil langkah pamungkas. Bahkan di saat Lenin dan Trotsky merencanakan detil-detil insureksi, dua pimpinan Bolshevik, Zinoviev dan Kamenev, malah melakukan pengorganisiran menentang Lenin dan Trotsky. Parahnya lagi beberapa hari menjelang insureksi, mereka membocorkan rencana-rencana insureksi tersebut berikut sikap tentangan mereka di koran lain. Bisa dimaklumi kalau tindakan ini membuat Lenin murka dan menuntut agar Zinoviev dan Kamenev dipecat, namun Lenin kalah suara. Kejadian ini jelas membuktikan bahwa partai Bolshevik bukanlah partai diktator.
Insureksi
Di bawah kepemimpinan Trotsky, soviet petrograd mengobarkan tantangan terhadap Pemerintahan Sementara: mereka mengumumkan bahwa perintah-perintah militer dari komandan-komandan yang ditunjuk Pemerintahan Sementara tidak akan dipatuhi kecuali ditandatangani oleh KRM. Seperti yang diprediksikan, Pemerintahan Sementara merespon dengan lebih banyak represi, dengan memberangus koran Bolshevik lagi, dengan memerintahkan penangkapan Trotsky dan para anggota KRM, serta membuat rencana untuk menahan seluruh pimpinan soviet. Sekaranglah saatnya bertindak. Malam 24 Oktober, kelompok-kelompok buruh dengan diam-diam menduduki stasiun-stasiun kereta, pembangkit-pembangkit listrik, kantor-kantor pos, pusat-pusat pengoperasian telepon, gudang-gudang amunisi, bank-bank, dan percetakan-percetakan besar di Petrograd.
Kaum buruh hampir tidak menjumpai perlawanan sama sekali dan pada pukul 10.00 pagi berikutnya mereka mengumumkan penggulingan Pemerintahan Sementara, yang mendekam di Istana Musim Dingin, dan dijaga oleh segelintir unit yang tidak berpengalaman. Hanya sedikit tindakan yang diperlukan untuk menghadapi perlawanan mereka. Begitu busuk dan terdiskreditkannya pemerintahan bahkan pasukan lain pun tidak ada yang mau repot-repot membelanya. Kerensky dan kabinetnya melarikan diri. Sehingga insureksi Petrograd sebenarnya berjalan damai dan nyaris tidak berdarah. Sedangkan di Moskow terdapat lebih banyak pertempuran dan berlangsung sedikit lebih lama, namun dalam waktu yang relatif singkat, revolusi menang di seluruh negeri.
Tanggal 26 Oktober, kongres soviet-soviet menderikat suatu pemerintahan buruh yang baru— yang didominasi oleh kaum Bolshevik namun dengan minoritas SR yang substansial serta beberapa Menshevik. Kongres tersebut mengeluarkan perintah untuk segera mengambil alih tanah dan membagi-bagikannya kepada kaum tani (hal ini melegitimasi proses yang sudah terjadi di lapangan) serta menyerukan pengakhiran perang secepatnya tanpa pencaplokan wilayah negara lain dan tanpa ganti rugi.
Seringkali dinyatakan, bahkan oleh beberapa pihak kiri, bahwasanya insureksi Oktober merupakan suatu kudeta. Dalam istilah yang sepenuhnya praktis, perebutan kekuasaan politik secara aktual akan selalu jadi tugas suatu minoritas. Pertanyaannya adalah apakah perebutan kekuasaan itu memang diinginkan dan didukung dengan aktif oleh mayoritas, dan siapa yang memegang kekuasaan dalam tatanan baru yang dihasilkannya? Kudeta Pinochet di Chile pada 1970an, misalnya, jelas bukanlah perebutan kekuasaan yang didukung rakyat. Ribuan buruh dibunuh atau dijebloskan ke dalam penjara, dan tahun-tahun represi massif diperlukan demi kepentingan minoritas yang direpresentasikan oleh Pinochet agar minoritas tersebut tetap berkuasa. Sebaliknya, revolusi Oktober sangatlah demokratis dan didukung rakyat banyak. Revolusi Oktober mengusung suatu pemerintahan baru yang berkuasa yang sepenuhnya merepresentasikan kaum Buruh. Bahkan lawan-lawan politik kaum Bolshevik juga banyak yang mengakuinya. Sejarawan Menshevik, Sukhanov, menyampaikan pendapat berikut mengenai revolusi:
“Menyebut peristiwa yang terjadi sebagai suatu konspirasi militer dan bukannya insureksi nasional, saat partai Bolshevik diikuti oleh mayoritas rakyat, saat partai Bolshevik secara de facto telah menaklukkan semua kekuasaan dan otoritas nyata, tidak lain merupakan suatu absurditas ”
Martov, seorang pimpinan Menshevik sepakat: “Tolong pahami bahwa dihadapan kita semua adalah suatu kemenangan perlawanan kaum proletar—hampir semua proletar mendukung Lenin dan menuntut pembebasan sosial dari perlawanan tersebut.” Sedangkan Robert Service, yang bukan merupakan pendukung Bolshevik, menulis:
“Apa yang benar-benar diperhitungkan adalah program politik kaum Bolshevik terbukti secara mantap lebih menarik bagi massa buruh, prajurit, dan petani karena pergolakan sosial dan kemerosotan ekonomi telah mencapai puncaknya di akhir musim gugur tersebut. Tanpa hal ini tidak akan ada revolusi Oktober.”
Namun tidak ada yang berhasil menangkap kenyataan gegap gempita revolusi Oktober dengan lebih menyentuh dan mengharukan dibanding John Reed, seorang jurnalis dari Amerika Serikat. Dalam tulisannya ia mengisahkan kesaksiannya dalam perjalanan menuju Petrograd setelah insureksi. “Seorang buruh tua memegang kemudi dengan satu tangan, sementara tangan lainnya terayun merengkuh pemandangan ibukota yang terbentang di hadapannya seraya berseru penuh kemenangan: ‘Milikku!’ teriaknya sambil berlinang air mata. “Sekarang semuanya milikku! Petrogradku!”
Dari Februari hingga Oktober, kaum Bolshevik mampu mengolah harapan dan hasrat massa rakyat ke dalam suatu program politik; mereka telah membuktikan kemampuannya untuk mengorganisir dan memimpin baik dalam situasi defensif maupun ofensif; mereka berada di semua garis depan perjuangan dan mengusung argumen-argumen ke massa rakyat melalui agitasi dan propaganda mereka. Mereka adalah partai massa sejati, partai demokratis yang memenangkan dukungan mayoritas masyarakat—termasuk kaum tani, militer, dan cendekiawan. Tahun-tahun aktivitas politik dan pengorganisiran dikombinasikan dengan kepercayaan tak tergoyahkan bahwa buruh dapat dan perlu menguasai tatanan masyarakat, membuat kaum Bolshevik mampu memimpin satu-satunya revolusi buruh berhasil yang pernah disaksikan umat manusia.
P.S. (Postscript/Notabene)
Sayangnya, revolusi buruh di Rusia digulingkan dengan tragis oleh kontra-revolusi brutal yang diorganisir dan dipimpin oleh Stalin, salah satu pimpinan Bolshevik. Berlawanan dengan pandangan kebanyakan sejarawan hal ini bukan akibat logis buruh merebut kekuasaan dan bukan akibat pembangunan organisasi revolusioner seperti Bolshevik. Lenin dan Trotsky selalu menegaskan bahwa nasib revolusi terletak pada prospek revolusi tersebut menyebar ke seluruh penjuru Eropa. Tidak mungkin membangun sosialisme di satu negeri sebagaimana yang kemudian diklaim Stalin sebagai tujuannya. Bila kekuatan pasar kapitalis tidak dikalahkan di berbagai negeri, maka suatu negara yang terisolasi akan terpaksa berkompetisi dengan negara-negara lain demi bertahan hidup. Tak ada negara yang bisa hidup sendiri, dan hal inilah permasalahan berat yang menimpa Rusia 1918 yang terbelakang.
Bagaimanapun juga Lenin dan Trotsky terbukti benar saat menyatakan bahwa suatu revolusi di Rusia akan memicu perjuangan-perjuangan revolusioner di negara-negara lain. Terdapat elemen-elemen kekuasaan ganda selama tiga tahun berikutnya di Hungaria, Italia, Bavaria, Austria, Finlandia, Polandia, dan Spanyol. Terdapat perang gerilya di Irlandia melawan dominasi Inggris, dan di Inggris militernya meningkatkan kewaspadaan tinggi kaena kaum buruh disana mengobarkan kampanye untuk mencegah pemerintahannya campur tangan melawan revolusi Rusia. Sedangkan di Perancis dan bahkan Australia muncul pemogokan-pemogokan massa.
Revolusi di Jerman, yang merupakan bahasan tulisan berikutnya, merupakan suatu hal yang luar biasa penting bagi keberhasilan revolusi Rusia. Kekalahannya memastikan kekalahan kaum buruh Rusia dan memberi jalan bagi berdirinya kembali masyarakat kelas. Inilah bagaimana Stalin membangun kediktatoran dengan berkedok komunisme padahal tidak lain dan tidak bukan merupakan suatu bentuk kapitalisme negara.
Ditulis oleh Tess Lee Ack sebagai bab III dari pamflet “Workers Revolutions of The 20th Century – A Socialist Alternative Pamphlet. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan dipublikasikan ulang oleh Bumi Rakyat juga di weblog MerdekaFiles ini.
0 komentar :
Post a Comment
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.