Ada
yang menarik ketika melihat film “The New Rules of The World” yang
berdurasi 54.22 menit ini. John Philger dengan baik dapat
mendiskripsikan dampak dari globalisasi bagi negara-negara dunia ketiga.
Inilah mengapa sepertinya bagi teman-teman yang suka akan konsentrasi
Globalisasi seakan-akan wajib menonton film ini.
Dunia mengenal kata tentang Globalisasi ketika di akhir perang dunia kedua, globalisasi ini disepakati sebagai kata ganti dari kerja sama antar Negara untuk membentuk suatu tujuan yang telah disepakati, tetap kata tersebut bisa diambil makna lainnya yaitu perang dan saling berlomba-lomba untuk menguasai peperangan dengan jalan yang lembut, dalam hal ini kita mengambil konteks sistem perekonomian sebagai tujuan utama untuk menundukkan sebuah Negara.
Apabila kita membayangkan apakah yang akan terjadi bila suatu Negara yang pada dasarnya sebagai Negara yang sudah miskin, tapi terus diserang dengan penyerangan-penyerangan perekonomian yang semakin membuat seseorang susah untuk bersaing dan mempertahankan hidup?
Memang pada dasarnya Globalisasi diciptakan untuk meningkatkan kerja-sama antar Negara dan upaya untuk menciptakan kehidupan perekonomian yang betul-betul sehat, tapi kalau kita melihat dari apa yang tergambar pada film ini akan jelas sekali terlihat bahwa globalisasi dalam hal ini dipakai sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan.
Dalam film ini jelas sekali terlihat bahwa pemerintah kita yang berkuasa pada era Orde Baru betul-betul memanfaatkan kerja sama globalisasi dengan Negara lain bukan untuk pemanfaatan sebaik-baiknya, tapi digunakan sebagai alat untuk meningkatkan taraf hidup dan alat pencipta kekayaan.
Karena jelas sekali dalam film ini diutarakan kalau dari 20% – 30% pinjaman dunia yang pada kesepakatannya untuk mengembangkan kehidupan Negara dipakai untuk hal yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, dalam hal ini yaitu dipakai secara gelap.
Indonesia sebagai Negara dunia ketiga yang selalu terkurung dalam lingkup hutang dan kemiskinan sebagai acuan untuk rakyatnya benar-benar telah dikuras habis segala kekayaannya. Ini dimulai sejak adanya penjajahan yang dimulai oleh bangsa Barat dan terus dilakukan hingga saat ini, seolah-olah mereka tidak pernah puas untuk mengeruk apa-apa yang ada di Negara kita ini.
Sebagai contoh yang akan diambil dalam film ini adalah Indonesia sebagai Negara buruh yang bernilai paling murah dan dapat dioptimalkan dalam penggunaannya. Buruh di Indonesia sekarang ini benar-benar dalam situasi yang terdesak antara kebutuhan hidup yang semakin naik dan kenyataan kualitas yang hanya ala kadarnya saja.
Dengan menguras tenaga yang diupayakan oleh buruh dari pagi hingga malam dan hanya dijamin dengan gaji yang tidak sesuai dengan apa yang telah diberikan buruh untuk bekerja di suatu perusahaan yang berlabel international, mereka tidak menyadari bahwa barang yang mereka buat, dan mereka hasilkan itu lalu diekspor dan dijual jauh dari apa yang mereka bayangkan.
Bayangkan dengan gaji yang mereka terima, itu semua tidak sesuai dengan standar buruh. Apakah ini arti dari murahnya buruh di Indonesia ?
Kalau ada pepatah “Dengan globalisasi yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin” ini secara tidak langsung telah menunjukkan niat dari buruknya efek globalisasi.Sejak awal berdirinya Indonesia pemimpin kita telah mengetahui akal bulus dari globalisasi itu dan dengan sangat keras menolak adanya investor asing untuk menanamkan modal pinjaman dan mereka meminta untuk dapat mengolah hasil alam dari kekayaan bangsa Indonesia.
Tapi itu berubah saja dengan naiknya pemimpin orde baru yang dalam hal ini naiknya rezim orde baru secara tidak langsung didorong oleh Negara barat dan Eropa untuk memudahkan jalannya ekspansi perekonomian dan pengambil alihan hasil sumber daya alam.
Perusahaan Multinasional dan Transnasional adalah pelaku yang benar-benar merasakan keuntungan yang besar dengan adanya globalisasi. Karena merekalah raja dari sistem ini, dimana kekuasaan bukan dari kebesaran, tapi dari kekayaan yang mampu mereka ciptakan untuk dapat menundukan Negara yang mereka inginkan.
Ditambah lagi dengan belum adanya hukum international yang mengatur tentang perusahaan transnational ini. Apakah Negara yang akan diatur ataukah perusahaan itu sendiri yang akan diatur ? Ini wujud dari globalisasi yang tidak terbuka secara luas. Bahkan kalau kita ditanya untuk apa kita globalisasi? Mungkin dari kita ada yang belum bisa memahaminya dengan benar apa makna tersebut.
IMF sebagai badan keuangan dunia, WTO sebagai organisasi perdagangan dunia, ditambah dengan World Bank, tiga badan ini yang secara tidak langsung telah mengatur dari 1/3 kauangan dunia. Dan visi dan misi yang mereka canangkan tentu saja untuk memajukan Negara mereka itu sendiri yang dalam hal ini adalah Amerika Serikat.
Ada pertanyaan tentang “Bagaimana agar kemiskinan itu dapat dihilangkan di negara dunia ketiga?” Jhon Philger berpendapat sebenarnya World Bank dapat menghapus semua hutang agar Negara penghutang itu dapat memanfaatkan pemasukan Negara untuk kebutuhan warganya dan dapat digunakan dalam bidang pendidikan. Tapi itu semua tidak akan terjadi begitu saja mengingat prinsip pinjam-meminjam dalam hal ini adalah prinsip ekonomi, yang lebih mengutamakan mencari keuntungan dari pada kesejahteraan.
George Bush dan Tony Blair yang pernah menjabat sebagai pemimpin negara maju pun tidak mau ambil bicara dalam hal yang menyangkut kehidupan orang banyak ini sebagai Negara dunia ketiga. Mereka sebagai pemimpin dari Negara yang mempunyai kekuasaan pun hanya berkomentar ringan dalam menanggapi masalah ini dengan berkata “Untuk hal ini kita sudah tidak ada jalan keluar lagi”.
Dunia mengenal kata tentang Globalisasi ketika di akhir perang dunia kedua, globalisasi ini disepakati sebagai kata ganti dari kerja sama antar Negara untuk membentuk suatu tujuan yang telah disepakati, tetap kata tersebut bisa diambil makna lainnya yaitu perang dan saling berlomba-lomba untuk menguasai peperangan dengan jalan yang lembut, dalam hal ini kita mengambil konteks sistem perekonomian sebagai tujuan utama untuk menundukkan sebuah Negara.
Apabila kita membayangkan apakah yang akan terjadi bila suatu Negara yang pada dasarnya sebagai Negara yang sudah miskin, tapi terus diserang dengan penyerangan-penyerangan perekonomian yang semakin membuat seseorang susah untuk bersaing dan mempertahankan hidup?
Memang pada dasarnya Globalisasi diciptakan untuk meningkatkan kerja-sama antar Negara dan upaya untuk menciptakan kehidupan perekonomian yang betul-betul sehat, tapi kalau kita melihat dari apa yang tergambar pada film ini akan jelas sekali terlihat bahwa globalisasi dalam hal ini dipakai sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan.
Dalam film ini jelas sekali terlihat bahwa pemerintah kita yang berkuasa pada era Orde Baru betul-betul memanfaatkan kerja sama globalisasi dengan Negara lain bukan untuk pemanfaatan sebaik-baiknya, tapi digunakan sebagai alat untuk meningkatkan taraf hidup dan alat pencipta kekayaan.
Karena jelas sekali dalam film ini diutarakan kalau dari 20% – 30% pinjaman dunia yang pada kesepakatannya untuk mengembangkan kehidupan Negara dipakai untuk hal yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, dalam hal ini yaitu dipakai secara gelap.
Indonesia sebagai Negara dunia ketiga yang selalu terkurung dalam lingkup hutang dan kemiskinan sebagai acuan untuk rakyatnya benar-benar telah dikuras habis segala kekayaannya. Ini dimulai sejak adanya penjajahan yang dimulai oleh bangsa Barat dan terus dilakukan hingga saat ini, seolah-olah mereka tidak pernah puas untuk mengeruk apa-apa yang ada di Negara kita ini.
Sebagai contoh yang akan diambil dalam film ini adalah Indonesia sebagai Negara buruh yang bernilai paling murah dan dapat dioptimalkan dalam penggunaannya. Buruh di Indonesia sekarang ini benar-benar dalam situasi yang terdesak antara kebutuhan hidup yang semakin naik dan kenyataan kualitas yang hanya ala kadarnya saja.
Dengan menguras tenaga yang diupayakan oleh buruh dari pagi hingga malam dan hanya dijamin dengan gaji yang tidak sesuai dengan apa yang telah diberikan buruh untuk bekerja di suatu perusahaan yang berlabel international, mereka tidak menyadari bahwa barang yang mereka buat, dan mereka hasilkan itu lalu diekspor dan dijual jauh dari apa yang mereka bayangkan.
Bayangkan dengan gaji yang mereka terima, itu semua tidak sesuai dengan standar buruh. Apakah ini arti dari murahnya buruh di Indonesia ?
Kalau ada pepatah “Dengan globalisasi yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin” ini secara tidak langsung telah menunjukkan niat dari buruknya efek globalisasi.Sejak awal berdirinya Indonesia pemimpin kita telah mengetahui akal bulus dari globalisasi itu dan dengan sangat keras menolak adanya investor asing untuk menanamkan modal pinjaman dan mereka meminta untuk dapat mengolah hasil alam dari kekayaan bangsa Indonesia.
Tapi itu berubah saja dengan naiknya pemimpin orde baru yang dalam hal ini naiknya rezim orde baru secara tidak langsung didorong oleh Negara barat dan Eropa untuk memudahkan jalannya ekspansi perekonomian dan pengambil alihan hasil sumber daya alam.
Perusahaan Multinasional dan Transnasional adalah pelaku yang benar-benar merasakan keuntungan yang besar dengan adanya globalisasi. Karena merekalah raja dari sistem ini, dimana kekuasaan bukan dari kebesaran, tapi dari kekayaan yang mampu mereka ciptakan untuk dapat menundukan Negara yang mereka inginkan.
Ditambah lagi dengan belum adanya hukum international yang mengatur tentang perusahaan transnational ini. Apakah Negara yang akan diatur ataukah perusahaan itu sendiri yang akan diatur ? Ini wujud dari globalisasi yang tidak terbuka secara luas. Bahkan kalau kita ditanya untuk apa kita globalisasi? Mungkin dari kita ada yang belum bisa memahaminya dengan benar apa makna tersebut.
IMF sebagai badan keuangan dunia, WTO sebagai organisasi perdagangan dunia, ditambah dengan World Bank, tiga badan ini yang secara tidak langsung telah mengatur dari 1/3 kauangan dunia. Dan visi dan misi yang mereka canangkan tentu saja untuk memajukan Negara mereka itu sendiri yang dalam hal ini adalah Amerika Serikat.
Ada pertanyaan tentang “Bagaimana agar kemiskinan itu dapat dihilangkan di negara dunia ketiga?” Jhon Philger berpendapat sebenarnya World Bank dapat menghapus semua hutang agar Negara penghutang itu dapat memanfaatkan pemasukan Negara untuk kebutuhan warganya dan dapat digunakan dalam bidang pendidikan. Tapi itu semua tidak akan terjadi begitu saja mengingat prinsip pinjam-meminjam dalam hal ini adalah prinsip ekonomi, yang lebih mengutamakan mencari keuntungan dari pada kesejahteraan.
George Bush dan Tony Blair yang pernah menjabat sebagai pemimpin negara maju pun tidak mau ambil bicara dalam hal yang menyangkut kehidupan orang banyak ini sebagai Negara dunia ketiga. Mereka sebagai pemimpin dari Negara yang mempunyai kekuasaan pun hanya berkomentar ringan dalam menanggapi masalah ini dengan berkata “Untuk hal ini kita sudah tidak ada jalan keluar lagi”.
0 komentar :
Post a Comment
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.