Pramoedya Ananta Toer -Pages : x1+539 -Edition 1st : April 2006 -13 X 20 cm
***
Tak perlu lagi rasanya membahas dan mereview buku kwaternium PAT ini, karena sudah demikian famousnya sehingga membahasnya lagi seperti kita membahas karya-karya Shakespeare. Sudah segudang review dan telaah bertebaran di media massa.
***
Tak perlu lagi rasanya membahas dan mereview buku kwaternium PAT ini, karena sudah demikian famousnya sehingga membahasnya lagi seperti kita membahas karya-karya Shakespeare. Sudah segudang review dan telaah bertebaran di media massa.
***
Buku
Anak Semua Bangsa dan Bumi Manusia aku baca tahun 1985 kelas 1 SMA.
Beny yang kirim fotocopian dari Jakarta , lalu aku jilid dengan hard
cover setelah datang ke Jakarta . Waktu datang ke Jakarta tahun 1987
membawa fotokopian buku Pram ini membuatku deg-deg-an juga , karena
banyak nya aktifis yang ditangkap hanya karena memiliki , membaca
buku-buku ini. Apalagi mengedarkan , akan masuk penjara seperti
Naipospos. Sekarang buku ini tersimpan rapi di lemari bukuku sebagai
bagan dari pricious collection, walaupun hanya fotokopi. Foto kopi yang
kupunya dari Beny masih dengan cover 1st edition yang tak gambar hanya
tulisan saja, masih terbitan Hasta Mitra. Dengan strip warna merah
melintang di tengah sampul buku. Sederhana saja.
***
Masa-masa
itu sangat sulit mendapatkan buku Pramoedya. Jangankan yang asli,
fotokopian pun sangat sulit kalu tak punya link yang khusus. Jadi itulah
perkenalan pertamaku terhadap karya-karya Pramoedya yang semual hanya
ku kenela leawt judul saja di mata pelajaran sastra di SMA kelas Budaya.
***
Edisi
fotokopi ini. Buku edisi Lentera Dipantara ini aku beli sekedar hanya
ingin koleksi saja . Agar lengkap cetakan asli kwaternium ini. Padahal
edisi asli dengan sampul tulisan merah putih itu pernah juga aku lihat
di Ps. Senen ketika masih kuliah. Karena keterbatasan dana waktu ,
maklum kuliah, aku gak beli ,lagi pula waktu itu sudah baca dan sudah
punyang copian. Waktu itu di jual di emperan dan di tawarankan dengan
harga sangat tinggi sekitar Rp. 85.000- 125.000-, padahal novel-novel
biasa dengan tebal 400-500 hal saja masih di jual Gramedia dengan harga
Rp. 15.000-. Bayangkan hampir 4-5 x lipat harga yang beredar di black
market Senen. Incredible. Beberapa buku seperti Perburuan , Mereka Yang di Lumpuhkan aku beli dengan harga mahal dari ukuran biasa, pada masa kuliah. Kadang harus ngorbanin uang makan.
***
Sekarang
ketika buku ini dengan gampang terpampang di mana-mana, kadang ada
perasaan malas juga untuk koleksi. Berbeda banget waktu jaman grilya
dulu, nyebutin dan dengar buku Pram saja kayak mendengar sebuah berita
sangat Top Secret. Luar biasa. tapi jaman sebelum Reformasi adalah jaman
yang sangat penuh dengan romantika dalam berburu karya-karya Pramoedya.
**
Sekarang
bagiku membaca dan membicarakan buku-buku PAT seperti kehilangan
semangat . Ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang tak lagi memberikan
sebuah petualangan. Mungkin karena mendapatkannnya sangat sulit waktu
itu, jadi sebuah ekslusivisme juga. Kini PAT sudah jadi ngepop, semua
orang yang mau disebut " In" harus serta-merta bicara atau paling tidak
baca dan ngobrolin buku-buku PAT. Mungkin bagi para pembaca sekarang ,
atau mereka -mereka yang baru pertama mengenal Pram, bahwa mereka sangat
beruntung bisa membeli buku Pram dengan bebas di mana saja. Maka mereka
harus lebih appreciated karya sastra Indonesia lebih. Dan menasriknya
membaca Pram kini seperti sebuha euforia. Tapi secara pribadi aku
berpendapat, euforia ini sangat membanggakan sekaligus menunjukkan minat
yang tumbuh menuju harapan baru atas apresiasi karya sastra Indonesia.
Semoga.
***
Walupun bagiku pribadi , PAT
tiba-tiba sudah kehilangan greget. Tak ada masa-masa untuk menunggu
sebuah revolusi. PAT sudah jadi selebrity, sudah menjadi profan. Tapi
bagaimanapun kekagumanku pada soso Pramoedya tak gampang luntur ! He is
the icon of Indonesia literature ! Mau nggak mau , terima atau tidak.
That he is ! Sulit mencari sosok baru setangguh PAT , sosok pengganti
PAT sampai saat ini belum juga muncul-mucul . Aku yang menjadi pemerhati
amatir hanya menunggu saja. Semoga terlahir PAT baru di bumi Indonesia!
Apa perlu ada museum Pramoedya Ananta Toer ?
***
All About Pramoedya Anan Toerhttp://www.radix.net/~bardsley/surat.html
http://www.radix.net/~bardsley/prampage.html
***
Daftar Karya PAT:
* Sepoeloeh Kepala Nica (1946), hilang di tangan penerbit Balingka, Pasar Baru, Jakarta, 1947 * Kranji–Bekasi Jatuh (1947), fragmen dari Di Tepi Kali Bekasi
* Perburuan (1950), pemenang sayembara Balai Pustaka, Jakarta, 1949
* Keluarga Gerilya (1950)
* Subuh (1951), kumpulan 3 cerpen
* Percikan Revolusi (1951), kumpulan cerpen
* Mereka yang Dilumpuhkan (I & II) (1951)
* Bukan Pasarmalam (1951)
* Di Tepi Kali Bekasi (1951), dari sisa naskah yang dirampas Marinir Belanda pada 22 Juli 1947
* Dia yang Menyerah (1951), kemudian dicetak ulang dalam kumpulan cerpen
* Cerita dari Blora (1952), pemenang karya sastra terbaik dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional, akarta, 1953
* Gulat di Jakarta (1953)
* Midah Si Manis Bergigi Emas (1954)
* Korupsi (1954)
* Mari Mengarang (1954), tak jelas nasibnya di tangan penerbit
* Cerita Dari Jakarta (1957)
* Cerita Calon Arang (1957)
* Sekali Peristiwa di Banten Selatan (1958)
* Panggil Aku Kartini Saja (I & II, 1963; III & IV dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
* Kumpulan Karya Kartini, yang pernah diumumkan di berbagai media; dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
* Wanita Sebelum Kartini; dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
* Gadis Pantai (1962-65) dalam bentuk cerita bersambung, bagian pertama triologi tentang keluarga
Pramoedya; terbit sebagai buku, 1987; dilarang Jaksa Agung. Jilid II & III dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
* Sejarah Bahasa Indonesia. Satu Percobaan (1964); dibakar Angkatan Darat pada 13 Oktober 1965
* Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia (1963)
* Lentera (1965), tak jelas nasibnya di tangan penerbit
* Bumi Manusia (1980); dilarang Jaksa Agung, 1981
* Anak Semua Bangsa (1981); dilarang Jaksa Agung, 1981
* Sikap dan Peran Intelektual di Dunia Ketiga (1981)
* Tempo Doeloe (1982), antologi sastra pra-Indonesia
* Jejak Langkah (1985); dilarang Jaksa Agung, 1985
* Sang Pemula (1985); dilarang Jaksa Agung, 1985
* Hikayat Siti Mariah, (ed.) Hadji Moekti, (1987); dilarang Jaksa Agung, 1987
*Rumah Kaca (1988); dilarang Jaksa Agung, 1988
* Memoar Oei Tjoe Tat, (ed.) Oei Tjoe Tat, (1995); dilarang Jaksa Agung, 1995
* Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I (1995); dilarang Jaksa Agung, 1995
*Arus Balik (1995)
* Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II (1997)
* Arok Dedes (1999)
* Mangir (2000)
* Larasati (2000)
* Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (2005)
* Menggelinding 1 & 2
***
0 komentar :
Post a Comment
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.