Purchased : 19 June 1987
Price : Rp. 9700-
Author : Soe Hok Gie
Publishing : LP3ES
4th edition, February 1987
Pages: xiv+494
***
Price : Rp. 9700-
Author : Soe Hok Gie
Publishing : LP3ES
4th edition, February 1987
Pages: xiv+494
***
Inilah
buku yang paling kucari dan sangat kuidam-idamkan ketika masih di
bangku SMA di Bangka. Satu kali aku baca artikel mengenai Soe Hok Gie
ini di tabloid "Mutiara" yang mungkin menjadi tabloid pertama di
Indonesia yang kukenal. Di salah satu artikel reportoire mengenai
kehidupan dan pendakian gunung, Soe Hok Gie dan kehidupannya dan juga
catatan hariannya di bahas tuntas. Aku lupa siapa penulisnya.
***
Artikel dan reportoire itu sangat membuatku terkesan dan begitu terinspirasi oleh sesosok pemuda yang mati muda , seorang Tionghoa idealis- yang belum kukenal betul, tapi aku benar-benar terkesan sejak saat itu . maklum hari-hari itu kegilaan ku pada buku sungguh tak terpuaskan . Sungailiat kota kecil, hanya ke Pangkal Pinang aku hanya bisa beli buku yang agak bagus. Jarak sekitar 32 km . Kadang-kadang naik sepeda atau naik bis POWNIS ( Persatuan Otomobil Warga Negara Indonesia Sungailiat ). Baru kelas 2 SMA aku punya motor sendiri dan setiap saban akhir pekan langsung tancap gas ke kota Pin Kong ( nama Hakka untuk Pangkal Pinang ).
******
Artikel dan reportoire itu sangat membuatku terkesan dan begitu terinspirasi oleh sesosok pemuda yang mati muda , seorang Tionghoa idealis- yang belum kukenal betul, tapi aku benar-benar terkesan sejak saat itu . maklum hari-hari itu kegilaan ku pada buku sungguh tak terpuaskan . Sungailiat kota kecil, hanya ke Pangkal Pinang aku hanya bisa beli buku yang agak bagus. Jarak sekitar 32 km . Kadang-kadang naik sepeda atau naik bis POWNIS ( Persatuan Otomobil Warga Negara Indonesia Sungailiat ). Baru kelas 2 SMA aku punya motor sendiri dan setiap saban akhir pekan langsung tancap gas ke kota Pin Kong ( nama Hakka untuk Pangkal Pinang ).
Hari itu sekitar tahun 1985 -masih
kelas 1 SMA. Jiwa muda bergelegak ketika membaca artikel dan ulasan
mengenai pemuda Tionghoa ini. Betapa ingin betul membaca catatan harian
itu. tapi di Sungailiat hal itu mustahil . Tak ada yang jual.
***
Tahun 1987 bulan juni tanggal 07 aku tiba di Jakarta. Dua minggu kemudian aku mulai melanglang buana seantero Jakarta terutama Gramedia. Hampir semua toko buku Gramedia di Jakarta sudah aku datangi. Selain beli buku juga untuk memuaskan dahaga ku pada buku dan kenikmatan berada di toko buku besar yang belum pernah kukenal dulu. Dan kutemukanlah buku ini di Gramedia Pasar Baru.
***
Buku ini hanya kubaca tak lebih dari 3 hari. Semua isinya seperti cermin pergolakan yang juga kuidolakan. Jadi pendaki. Nulis diary. Tak suka kompromi . Hidup dengan idealisme tinggi. Aku sepeti menemukan seorang idola. Buku Catatan Harian Seorang Demontrans ini aku baca berkali-kali. Ku garis bawahi mana yang berkesan , yang berarti.
***
Tahun 1987 bulan juni tanggal 07 aku tiba di Jakarta. Dua minggu kemudian aku mulai melanglang buana seantero Jakarta terutama Gramedia. Hampir semua toko buku Gramedia di Jakarta sudah aku datangi. Selain beli buku juga untuk memuaskan dahaga ku pada buku dan kenikmatan berada di toko buku besar yang belum pernah kukenal dulu. Dan kutemukanlah buku ini di Gramedia Pasar Baru.
***
Buku ini hanya kubaca tak lebih dari 3 hari. Semua isinya seperti cermin pergolakan yang juga kuidolakan. Jadi pendaki. Nulis diary. Tak suka kompromi . Hidup dengan idealisme tinggi. Aku sepeti menemukan seorang idola. Buku Catatan Harian Seorang Demontrans ini aku baca berkali-kali. Ku garis bawahi mana yang berkesan , yang berarti.
***
Catatan-catatanku
atas buku ini mungkin lebih kusukai mengenai beberapa inspirational
quotes yang di tulis Soe Hok Gie di catatan hariannya seperti beberapa
di bawah ini:
***
-Orang yang berani karena bersenjata adalah pengecut" ( Sabtu, 12 Desember 1959 )
-Bagiku masyarakat tak mungkin hidup tanpa sejarah .."(Jumat, 27 Mei 1960)
-Dalam seni rakyat, rasa indah itu disalurkan dengan sederhana tanpa ide-ide mendalam (minggu 10 juli 1960 )
***
-Seseorang
mau berkorban buat sesuatu, katakanlah ide-ide, agama, politik atau
pacarnya. Tapi dapatkah ia berkorban buat tidak apa-apa ?(Jumat 30 maret
1962)
***
-Kepribadian bangsa bagiku
adalah suatu proses yang lama dalam situasi tertentu, tapi dalam situasi
lain itu dapat berubah.( kamis, 12 April 1962)
***
-Saya
ingin punya istri yang dapat diajak dalam "gila-gilaan" dan "
kluyuran-kluyuran". Hidup bukanlah kerja rutin, bikin anak dan gossip. (
Jumat 20 Juni 1969 )
***
-Mimikirkan
kembali soal-soal kecil dalam hidup adalah ssesuatu yang membuat kita
menjadi manusia kembali. ( Minggu 17 Agustus 1969 )
***
-Saya
katakan bahwa kita bisa saja hancur karena tekana-tekanan hidup tetapi
kita tidak akan dikalahkan. " MAN can be destroyed but never defeated
".( Minggu 26 Oktober 1969 )
***
Bagiku buku
Soe Hok Gie ini menjadi sebuah patok yang tertancap dalam di masa
mudaku.Di masa ketika kita mencari makna dari perjuangan diri. Makna
dari berpikir. Makna dari keterbatasan. Yang tentu tak semuanya bisa
kita sendiri. Catatan SHG ini telah banyak memberikan ku pola pikir
untuk jadi yang tak biasa. dalam segala hal. Betapa langkahnya manusia
seperti ini.
***
***
Selasa, 16 Desember 1969
Soe
Hok Gie meninggal dunia dalam pendakian puncak Gunung Semeru karena gas
beracun. Turun meninggal Idham Khalid .Sebaris sajak dari tabloid
Mutiara itu yang masih kuingat sampai sekarang Aku lupa siapa penulisnya
di tabloid itu. Mungkin puisi itu tidak lengkap betul. Tapi sepenggal
puisi itu begitu melekat sampai sekarang . Puisi ditulis untuk mengenang
kematian tentang Soe Hok Gie dan legenda kematiannya di Gunung Semeru :
***
Kepada Duka Rimba ( Aktivis Mati Muda )
Ke sana Idham dan Hok Gie
Mendaki dan pergi
Di saat sapu tangan menahan tangis
Duka desember menabur gerimis
0 komentar :
Post a Comment
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.