Yayak Kencrit score kompetisi korespondensi kita menjadi 2 – 1 untuk kemenanganku setelah tulisan ini terbit.
Surat untuk Umum
Kawan senior muka murung jelek matanya macam ikan mas koki di aquarium. Pernah bilang samaku:”Selama Suharto masih berkuasa, aku akan tetap pakai celana hitam, kaos hitam, ransel dan sendal hitam”. Pasti hitam kegelapan menaungi aku dan Indonesia selama Suharto berkuasa. Sudah 8 tahun dia konsisten terhadap komitmennya itu ketika jumpa dengan aku tahun 1986. Dan, kutengok sampai Suharto presiden itu lengser, dia tetap bertahan dengan sikapnya.
Mendadak pada gambar kartun oknum DPR dalam Foto Sial Yayak Yatmaka nulis surat yang memojokan aku penuh persahabatan (?). Foto Sial disertai tulisan disebarkannya ke banyak link internet. Dengan semangat perkawanan, akupun sudah membalas surat tersebut. Dan seperti Yayak, aku juga sebar ke link internet.
Terlalu banyak kisah bersama dia yang layak ditulis. Maka pada kesempatan ini aku lanjut balasan surat tuk kekasih hati Yayak Jatmaka. Dengan judul:
Si Kerempeng
Jilid II
“Tin...Supaya kau tahu, aku ini korban sistem pendidikan Taman Siswa. Walau waktu SMP sampai mahasiswa kepalaku dikotori lumpur busuk sistem pendidikan Indonesia --- Tapi pengalaman sekolah Taman Indriya dan Taman Muda di Taman Siswa tidak bisa hilang dari tubuh jiwa dan roh ku Memang Kerempeng anak setan ini sangat kaya dengan istilah istilah baru yang tak bisa hanya dikuyah kuping. Suara berat bergema membuat aku harus sertakan pikiran utuh untuk mendengar suara Rempeng (nama panggilan Kerempeng). Supaya ucapannya dapat dipahami secara jernih mendalam.
Nah !! Pengalaman sekolah di Taman Siswa itulah yang kuterapkan pada kelompok anak dan sekolah TK seputaran Taman Ganesha kampusku di Bandung. Jenuh masuk ke kampus aku diperkenankan guru TK mendongeng ke murid muridnya. Supaya gerakan pendidikan non formal tersebut semakin berkembang biak. Rempeng mengajak kawan kawannya ikut terlibat merancang konsep pendidikan alternatif sekaligus mempraktekannya di sekolah formal maupun kelompok anak jalanan.
Rempeng, kau juga cerita bahwa ayah ibunya adalah murid Ki Hajar Dewantoro dan ada Om kau yang guru di Taman Siswa. Guru guru Taman Siswa tinggal didalam satu komplek dengan sekolahnya. Dengan sangat mengejutkan separuh dari guru tersebut hilang diculit dituduh PKI. Om dan Pakdemu hilang, guru guru yang lain diinjak dipukuli di depan murid. Tragis...negara membumihanguskan lembaga yang menjalankan hakekat pendidikan anak.
Rempeng kau masih ingat? Tahun (kalau ngak salah) 1989 aku kau dan Afrinaldi (Pasti kau masih ingat kawan kita orang padang itu). Masuk ke salah satu gang di Jalan Sultan Agung Jogyakarta. Di mulut gang sudah ditulis: Pengamen Dilarang Masuk. Tapi, kita tak perduli, masuk lantas nyanyi bersama anak-anak. Aku pegang kertas bertulis syair lagu sambil joget, Afrinaldi berjoget dengan anak-anak dan kau main gitar. Ada beberapa ibu, bapak yang kasih duit dan ada juga duit dari anak anak. Setelah seluruh uang terkumpul, Afrinaldi usul agar uangnya dipegang oleh ketua kelompok dan nanti kita susun panitia Pesta Rujak Anak Merdeka. Kita akan pesta. Tapi, hakekat pendidikan menggarap kegiatan anak secara mandiri independent dan kekeluargaan, tak jadi direalisasikan. Karena tak ada tempat yang mantap tuk melakukan kegiatan itu. Tragis.... negara tak menyediakan sarana menjalankan hakekat pendidikan anak..
Ah...Sudahlah
Rempeng!!!. Sekarang bukan hakekat pendidikan saja yang disepelekan negara. Seluruh aspek kehidupan manusia sudah diinjak injak kebijakan negara dibawah pemerintahan SBY.
Rempeng...Tanah rakyat terus menerus dirampas.
Dari catatan fb si martin
0 komentar :
Post a Comment
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.