BREAK
Loading...

Minah Tetap Dipancung

Puisi tentang nasib Buruh Migran yang terancam Hukuman Mati di luar negeri
Aku sudah tiada
Tetapi masih teringat malam
Sebelum kepala
Dipisahkan dari tubuhku.

Di malam terakhir itu aku teringat sawah di kampung.
Aku, suami, dan anakku bersantap di saung,
Aisah, kata suami kepada anakku,
Ibumu akan ke Saudi,
Bekerja di sana;
Nanti Ibu akan pulang membawa rejeki
Dan kita akan membeli sawah ini
Yang lebih besar dari sawah kakek.
Anak itu tampak kegirangan
Sejak dulu ia senang
Duduk di saung.

Di malam terakhir
Aku terus berdzikir
Kuharapkan ada mukjizat
Menyelamatkan diriku.
Bayangan suami dan anakku
Berseliweran dalam benakku
Mengaduk-aduk perasaanku.

Ampun ya Allah
Siapkan hatiku
Ampun ya Allah
Siapkan jiwaku.

Terus aku berdzikir
Hingga tak ingat apa-apa lagi.

Dalam dzikirku malam terakhir itu
Terbayang suamiku datang ke kamarku
Dan dibisikkannya,

Aminah, betapa bangga aku padamu:
Kau berjuang untuk keluarga
Membela kehormatan diri.
Guru ngaji di pesantren
Tak akan menyalahkanmu.
Meski besok dipancung
Kau tetap hidup di hatiku
Dan di hati Aisah, anak kita itu.

Coba kupeluk bayangan suamiku
Bayangan anakku
Hangat terasa – aku tersenyum
Dan itu senyumku yang terakhir.

"Anto Erlangga Penuh Inpirasi"
Sebarkan Artikel Ini :
Sebar di FB Sebar di Tweet Sebar di GPlus

About Unknown

WEBSITE ini didedikasikan untuk ilmu pengetahuan dan HUMAN BEING, silahkan memberikan komentar, kritik dan masukan. Kami menerima artikel untuk dimuat dan dikirim ke kawanram@gmail.com. Selanjutnya silahkan menghubungi kami bila memerlukan informasi lebih lanjut. Salam PEMBEBASAN!
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Post a Comment

PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.