BREAK
Loading...

Tribute To Wiji

Puisi Wiji Thukul
Tribute to wiji

apa penguasa kira
rakyat hidup di hari ini saja

apa penguasa kira
ingatan bisa dikubur
dan dibendung dengan moncong tank

apa penguasa kira
selamanya ia berkuasa
tidak!
tuntutan kita akan lebih panjang umur
ketimbang usia penguasa

derita rakyat selalu lebih tua
walau penguasa baru naik
mengganti penguasa lama

umur derita rakyat
panjangnya sepanjang umur peradaban

umur penguasa mana
pernah melebihi tuanya umur batu akik
yang dimuntahkan ledakan gunung berapi?

ingatan rakyat serupa bangunan candi
kekejaman penguasa setiap jaman
terbaca di setiap sudut dan sisi
yang menjulang tinggi

(puisi pelarian wiji thukul)
-----------------------------------------------------------------------------


Kuburan Purwoloyo


di sini terbaring
mbok Cip
yang mati di rumah
karena ke rumah sakit
tak ada biaya

di sini terbaring
pak Pin
yang mati terkejut
karena rumahnya tergusur

di tanah ini terkubur orang-orang yang
sepanjang hidupnya memburuh
terhisap dan menanggung hutang
di sini
gali-gali
tukang becak
orang-orang kampung
yang berjasa dalam setiap Pemilu
terbaring
dan keadilan masih saja hanya panji

di sini
kubaca kembali
: sejarah kita belum berubah

Jagalan, kalangan solo, 25 oktober 88
----------------------------------------------------------------------------------


Sajak Kota

kota macam apa yang kita bangun
mimpi siapa yang ditanam
di benak rakyat
siapa yang merencanakan

lampu
lampu
menyibak jalan raya
jalan raya dilicinkan
diaspal oleh uang rakyat
motor-motor mulus meluncur
merek-merek iklan
merek-merek iklan
di atap gedung
menyala
berjejer-jejer
toko roti
toko sepatu
berjejer-jejer
salon-salon kecantikan

siapa merencanakan
nasib rakyat
----------------------------------------------------------------------------------------


Batas Panggung
kepada para pelaku 

ini adalah daerah kekuasaan kami
jangan lewati batas itu
jangan campuri apa yang terjadi di sini
karena kalian penonton
kalian adalah orang luar
jangan rubah cerita yang telah kami susun
jangan belokkan jalan cerita yang telah
kami rencanakan karena
kalian adalah penonton
kalian adalah orang luar
kalian harus diam

 panggung seluas ini hanya untuk kami
apa yang terjadi d sini
jangan ditawar-tawar lagi
panggung seluas ini hanya untuk kami
jangan coba bawa pertanyaan-pertanyaan berbahaya
ke dalam permainan ini
panggung seluas ini hanya untuk kami
kalian harus bayar kami untuk membiayai apa yang kami kerjakan di sini

biarkan kami menjalankan kekuasaan kami
tontonlah
tempatmu di situ

 solo, 21 november 91
----------------------------------------------------------------------------------------------------------


Gunungbatu

gunungbatu
desa yang melahirkan laki-laki
kuli-kuli perkebunan
seharian memikul kerja
setiap pagi makin bungkuk
dijaga mandor dan traktor
delapan ratus gaji sehari
di rumah ditunggu

gunung batu
desa yang melahirkan laki-laki
pencuri-pencuri
menembak binatang di hutan lindung
mengambil telur penyu
di pantai terlarang
demi piring nasi
kehidupan sehari-hari

gunungbatu
desa terpencil jawa barat
dipagari hutan
dibatasi pantai-pantai cantik
ujung genteng, cibuaya, pangumbhan
sulit transportasi
-jakarta dekat-

sulit komunikasi

sejarah gunungbatu
sejarah kuli-kuli
sejak jaman kolonial
sampai republik merdeka
sejarah gunungbatu
sejarah kuli-kuli
gunungbatu
masih di tanah air ini

november 87
-------------------------------------------------------------------------------


Derita Sudah Naik Seleher

kaulempar aku dalam gelap
hingga hidupku menjadi gelap
kausiksa aku sangat keras
hingga aku makin mengeras
kau paksa aku terus menunduk
tapi keputusan tambah tegak
darah sudah kau teteskan
dari bibirku
luka sudah kau bilurkan
ke sekujur tubuhku
cahaya sudah kau rampas
dari biji mataku
derita sudah naik seleher
kau
menindas
sampai
di luar batas

17 november 96
-----------------------------------------------------------------------------------


Puisi Sikap

maunya mulutmu bicara terus
tapi tuli telingamu tak mau mendengat

maumu aku ini jadi pendengar terus
bisu

kamu memang punya tank
tapi salah besar kamu
kalau karena itu
aku lantas manut

andai benar
ada kehidupan lagi nanti
setelah kehidupan ini
maka akan kuceritakan kepada semua makhluk
bahwa sepanjang umurmu dulu
telah kuletakkan rasa takut itu ditumitku
dan kuhabiskan hidupku
untuk menentangmu
hei penguasa zalim

24 Januari 1997
--------------------------------------------------------------------------------


Kepada Ibuku
I
Ibu
aku tidak punya data komplit tentang ketidakadilan
hanya mataku terpukau di hingar jalan raya aspalan
kendaraan bikinan jepang itali amerika laju
tetapi abang-abang becak disingkirkan oleh kebijaksanaan
pembangunan
Ibu
di dadamu subur aku melihat ladang-ladang tebu
tetapi petani ditipu pabrik gula
dan jakarta seperti paris penuh honda suzuki mercy jimny
udara kotor jalan macet
tetapi mengapa abang-abang becak disingkirkan
oleh kebijaksanaan pembangunan?
Gali-gali dibunuh mati koruptor korupsi hidup aman sentosa
sehat wal afiat seperti sediakala
dan radio kita semakin sering warta berita:
pembangunan di Indonesia berkembang pesat dan jauh
dibandingkan ketika kami berkunjung kemari tahun lalu,
demikian menurut menteri luar negeri Anu
saksikanlah di layar televisi republik indonesia
petani-petani panen padi palawija wajahnya riang gembira
sementara kampanye sebelum pemilu semakin galak
II
siapa boleh tinggal di tanah Ibu ini?
tentu saja siapa yang sanggup membayar hukum
dan membeli surat izin dagang anakku.
lalu bagaimana dengan saudara-saudaraku yang tak mampu?
gampang nak, ikutlah kb jangan banyak anak, ini penting
demi hidup masa depan sejahtera
boleh pilih tinggal di tanah negara atau transmigrasi
keluar jawa atau
silakan jadi kere
jangan takut lapar nak! kota adalah gudang pangan
bebas digenggam siapa pun yang tega hati
---------------------------------------------------------


Busuk

derita sudah matang bung
bahkan busuk
: tetap di telan?

17 Nopember 96
-----------------------------------------------------------------


Tanpa Judul

kuterima kabar dari kampung
rumahku kalian geledah
buku-bukuku kalian jarah

tapi aku ucapkan banyak terima kasih
karena kalian telah memperkenalkan
sendiri
pada anak-anakku
kalian telah mengajar anak-anakku
membentuk makna kata penindasan
sejak dini

ini tak diajarkan di sekolahan
tapi rezim sekarang ini memperkenalkan
kepada semua kita
setiap hari di mana-mana
sambil nenteng-nenteng senapan

kekejaman kalian
adalah bukti pelajaran
yang tidak pernah ditulis

11 agustus 96
---------------------------------------------------


P E N Y A I R

jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang
jika tak ada kertas
aku akan menulis pada dinding
jika aku menulis dilarang
aku akan menulis dengan
tetes darah!

sarang jagat teater
19 januari 1988
---------------------------------------------


Lingkungan Kita si Mulut Besar

lingkungan kita si mulut besar
dihuni lintah-lintah
yang kenyang menghisap darah keringat tetangga
dan anjing-anjing yang taat beribadah
menyingkiri para panganggur
yang mabuk minuman murahan

lingkungan kita si mulut besar
raksasa yang membisu
yang anak-anaknya terus dirampok
dan dihibur film-film kartun amerika
perempuannya disetor
ke mesin-mesin industri
yang membayar murah

lingkungan kita si mulut besar
sakit perut dan terus berak
mencret oli dan logam
busa dan plastik
dan zat-zat pewarna yang merangsang
menggerogoti tenggorokan bocah-bocah
yang mengulum es
limapuluh perak

kampung kalangan-solo, desember 1991
---------------------------------------------------


Lumut

dalam gang pikiranku menggumam
seperti kemarin saja
kini los rumah yang dulu kami tempati
jadi bangunan berpagar tembok tinggi

aku jalan lagi
melewati rumah yang pernah disewa
Riyanto buruh kawan sekerjaku
ke mana lagi dia sekeluarga
rumah itu kini gantian di sewa
keluarga mbak Nina

kampung ini tak memiliki tanah lapang lagi
tanah-tanah kosong sudah dibeli orang
dalam gang
setengah gelap setengah terang
aku menemukan perumpamaan:
kita ini lumut
menempel di tembok-tembok bangunan
berkembang di pingir-pinggir selokan
di musim kemarau kering
diterjang banjir
tetap hidup

kalau keadaan berubah
perumpamaan boleh berubah
menurutmu sendiri
kita ini siapa?

kalangan solo, 8 februari 91
----------------------------------



Satu Mimpi Satu Barisan

di lembang ada kawan sofyan
jualan bakso kini karena dipecat perusahaan
karena mogok karena ingin perbaikan
karena upah ya karena upah

di ciroyom ada kawan sodiyah
si lakinya terbaring di amben kontrakan
buruh pabrik teh
terbaring pucet dihantam tipes
ya dihantam tipes
juga ada neni
kawan bariyah
bekas buruh pabrik kaos kaki
kini jadi buruh di perusahaan lagi
dia dipecat ya dia dipecat
kesalahannya : karena menolak
diperlakukan sewenang-wenang

di cimahi ada kawan udin buruh sablon
kemarin kami datang dia bilang
umpama dironsen pasti nampak
isi dadaku ini pasti rusak
karena amoniak ya amoniak

di cigugur ada kawan siti
punya cerita harus lembur sampai pagi
pulang lunglai lemes ngantuk letih
membungkuk 24 jam
ya 24 jam

di majalaya ada kawan eman
buruh pabrik handuk dulu
kini luntang lantung cari kerjaan
bini hamil tiga bulan
kesalahan : karena tak sudi
terus diperah seperti sapi

dimana-mana ada sofyan ada sodiyah ada bariyah
tak bisa dibungkam kodim
tak bisa dibungkam popor senapan
di mana-mana ada neni ada udin ada siti
di mana-mana ada eman
di bandung – solo – jakarta – tangerang
tak bisa dibungkam kodim
tak bisa dibungkam popor senapan

satu mimpi
satu barisan

Bandung, 21 mei 92
-------------------------------------------------------








BURUH-BURUH

di batas desa
pagi - pagi
dijemput truk
dihitung seperti pesakitan
diangkut ke pabrik
begitu seterusnya

mesin terus berputar
pabrik harus berproduksi
pulang malam
badan loyo
nasi dingin

bagaimana kalau anak sakit
bagaimana obat
bagaimana dokter
bagaimana rumah sakit
bagaimana uang
bagaimana gaji
bagaimana pabrik? mogok?
pecat! mesin tak boleh berhenti
maka mengalirlah tenaga murah
mbak ayu kakang dari desa

disedot
sampai pucat
(solo, 4-86)
-----------------------------------------


Aku Menuntut Perubahan

Seratus lobang kakus
Lebih berarti bagiku
Ketimbang mulut besarmu
Tak penting
Siapa yang menang nanti
Sudah bosen kami
Dengan model urip kayak gini
Ngising bingung, hujan bocor
Kami tidak butuh mantra
Jampi-jampi
Atau janji
Atau sekarung beras
Dari gudang makanan kaum majikan
Tak bisa menghapus kemlaratan
Belas kasihan dan derma baju bekas
Tak bisa menolong kami
Kami tak percaya lagi pada itu
Partai politik
Omongan kerja mereka
Tak bisa bikin perut kenyang
Mengawang jauh dari kami
Punya persoalan
Bubarkan saja itu komidi gombal
Kami ingin tidur pulas
Utang lunas
Betul-betul merdeka
Tidak tertekan
Kami sudah bosan
Dengan model urip kayak gini
Tegasnya=
Aku menuntut perubahan

9 April 92
-----------------------------------------


Kota Ini Milik Kalian


di belakang gedung-gedung tinggi
kalian boleh tinggal
kalian bebas tidur di mana-mana kapan saja
kalian bebas bangun sewaktu kalian mau
jika kedinginan karena gerimis atau hujan
kalian bisa mencari hangat
di sana ada restoran
kalian bisa tidur dekat kompor penggorengan
bakmi ayam dan babi
denting garpu dan sepatu mengkilap
di samping sedan-sedan dan mobil-mobil bikinan asli jepang

kalian bisa mandi kapan saja
sungai itu milik kalian
kalian bisa cuci badan dengan limbah-limbah industri

apa belum cukup terang benderang itu
lampu merkuri taman
apa belum cukup nyaman tidur di bawah langit kawan
kota ini milik kalian
kecuali gedung-gedung tembok pagar besi itu; jangan!
-------------------------------------------------------------------------------------------------


Kota

bahasa sibuk adalah bahasa kota yang tak bisa
diajak bicara
bahasa sibuk adalah bahasa untung rugi
bahasa sibuk adalah bahasa kita
bahasa cinta sudah dijual
hidup jadi serba otomatis
sulit terharu lupa meditasi
-------------------------------------------------------------------


Sajak

sajakku adalah kata-kata
yang mula-mula menyumpal di tenggorokan
lalu dilahirkan ketika kuucapkan

sajakku adalah kata-kata
yang mula-mula bergulung-gulung
dalam perasaan
lalu lahirlah ketika kuucapkan

sajakku
adalah kebisuan
yang sudah kuhancurkan
sehingga aku bisa mengucapkan
dan engkau mendengarkan

sajakku melawan kebisuan

wiji thukul, solo, 1988










Sebarkan Artikel Ini :
Sebar di FB Sebar di Tweet Sebar di GPlus

About Unknown

WEBSITE ini didedikasikan untuk ilmu pengetahuan dan HUMAN BEING, silahkan memberikan komentar, kritik dan masukan. Kami menerima artikel untuk dimuat dan dikirim ke kawanram@gmail.com. Selanjutnya silahkan menghubungi kami bila memerlukan informasi lebih lanjut. Salam PEMBEBASAN!
    Blogger Comment
    Facebook Comment