MERDEKAFILES, Jakarta - Globalisasi, pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang menunjuk pada politik-ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi keuangan. Menurut sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah revolusi elektronik dan disintegrasi negara-negara komunis. Revolusi elektronik melipatgandakan akselerasi komunikasi, transportasi, produksi, dan informasi. Disintegrasi negara-negara komunis yang mengakhiri Perang Dingin memungkinkan kapitalisme Barat menjadi satu-satunya kekuatan yang memangku hegemoni global.
Dan negara-negara berkembang seperti Indonesia tidak bisa mengimbangi eksport dan import sehingga terjadi ketidakseimbangan dan ketidakstabilan keuangan dalam negeri dan pada akhirnya hanya akan mengikuti jalur negara maju yang dalam segi materialnya, sehingga negara-negara berkembang kurang mendukung dan mengimbangi.
Ketika pejabat-pejabat tinggi negara itu seringkali mendapat tekanan dari luar yang akan mengancam kesejahteraannya maka mereka mencari inisiatif ke dalam dengan cara menghalalkan berbagai macam cara. Salah satunya yaitu dengan korupsi yang semaksimal mungkin untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Sehingga ketika Indonesia diguncang krisis global tidak mempengaruhi bagi mereka. Maka dengan adanya seperti itu nasib daripada negara-negara berkembang semakin buruk.
Secara sangat sederhana bisa dikatakan bahwa globalisasi terlihat ketika semua orang di dunia sudah memakai celana Levis dan sepatu Reebok, makan McDonald, minum Coca-Cola. Secara lebih esensial, globalisasi nampak dalam bentuk Kapitalisme Global berimplementasi melalui program IMF, Bank Dunia, dan WTO. Program-program dari lembaga-lembaga itu telah menjadi alat yang ampuh dari kapitalisme Barat yang mengguncangkan, merontokkan dan meluluh-lantakkan bukan hanya ekonomi, tetapi kehidupan negara-negara miskin dalam suatu bentuk pertandingan tak seimbang antara pemodal raksasa dengan buruh kecil. Rakyat kecil tak berdaya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, menjadi semakin terpuruk dan merana.
Lalu kita sebenarnya harus mempertanyakan faedah tujuan globalisasi bagi negara-negara miskin seperti yang diteriakkan bahwa sisi positif globalisasi adalah untuk membuat masyarakat dunia bebas melakukan negosiasi dengan negara-negara lain dan selalu aktif dalam mengadakan kerjasama regional maupun multilateral. Bukankan yang terjadi sebenarnya negara-negara maju dan kaya yang merupakan negara kapitalistik itu terus mendikte dan mengeksploitasi kita?
0 komentar :
Post a Comment
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.