BREAK
Loading...

NTT: Pesona Alor Tiada Duanya



Sudah hampir 40 menit saya berada di atas pesawat yang akan membawa saya menuju Pulau Alor. Sesaat berselang, seorang pramugari menginformasikan bahwa pesawat tengah bersiap mendarat di Bandara Mali, Pulau Alor. 

Dari atas, tampak garis pantai berwarna biru toska yang siap menyambut kedatangan saya untuk pertama kalinya ini. Alor menjadi tujuan wisata saya karena pulau ini cukup dikenal dengan keindahan alamnya. Letaknya berada di ujung timur kepulauan Nusa Tenggara dan merupakan salah satu dari 92 pulau terluar Indonesia. 


Di sebelah selatan, Alor berbatasan langsung dengan Timor Leste. Pulau ini adalah satu dari dua pulau utama di Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Dengan wilayah seluas 2.119 km², Alor yang beribukota di Kalabahi, juga kaya dengan budaya dan wisata bahari. Oleh karenanya, wisata bahari menjadi tujuan utama saya untuk menyusuri surga bawah laut yang dimiliki pulau ini. Maka tempat yang saya tuju adalah Pulau Kepa dan kemudian menyambangi Kampung Takpala. 

Perjalanan saya lanjutkan menuju dermaga menggunakan ojek motor. Ojek yang saya tumpangi pun kemudian berhenti di sebuah dermaga kecil. Terlihat hanya beberapa sampan bersandar di bibir pantai. Tak lama, saya pun sudah berada di atas perahu yang membawa saya ke Pulau Kepa dengan biaya hanya 10 ribu rupiah saja. Pulau Kepa merupakan pulau berpenghuni yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Diperkirakan Islam telah masuk ke Alor sejak 800 tahun yang lalu. Hal tersebut dikuatkan oleh ditemukannya sebuah Al-Quran yang terbuat dari kulit kayu. 

Di atas perahu, saya dan pemilik perahu banyak berbincang. Terutama informasi tentang objek-objek yang belum saya ketahui. Dalam perbincangan tersebut, sang pemilik perahu mengatakan bahwa setidaknya tiga kali dalam setahun suhu air di perairan ini berubah seperti air es. Menurutnya hal ini terjadi saat musim barat selesai, musim kemarau selesai, dan pertengahan tahun. Ketika musim itu tiba, masyarakat Alor mendapat limpahan ikan yang muncul ke permukaan karena arus dingin. 

Tujuan utama saya mengunjungi Pulau Kepa salah satunya adalah ingin menikmati sensasi guesthouse yang dimiliki oleh pasangan berkewarganegaraan Perancis, Anne dan Cedric. La Petite, begitu mereka menamakan guesthouse yang mempunyai ciri arsitektur unik, tiga penginapannya berbentuk Lopo (rumah tradisional Alor). Untuk guesthouse-nya ini Anne dan Cedric juga mengadopsi konsep “go-green”, mulai dari dibatasinya waktu penggunaan listrik hingga penggunaan air laut untuk kebutuhan tertentu. 

Keesokan paginya, matahari yang telah bersinar dari balik ranting dan jendela pendopo seakan meng-ajak saya untuk cepat bergegas keluar dari kamar dan menikmati panorama Pulau Kepa pada pagi itu. Tampak para tamu yang mayoritas wisatawan asing saling berbincang sambil menikmati sarapan mereka yang tersaji di atas meja kayu. Di sudut lain, beberapa kru kapal tengah sibuk menyiapkan peralatan diving dan snorkeling. 

Ya, bagi pehobi olahraga menyelam, diving di Alor merupakan kesempatan yang tidak mungkin akan dilewatkan. Terdapat 18 titik selam yang kerap menjadi destinasi favorit bagi para diver, bertitel “Baruna’s Dive Sites at Alor”, seperti: Baruna’s Point, Never-Never Wall, Cave Point, Barrel Sponge Wall, Mola-Mola Point, Night Snacks, Alor Expree /Alor Dreaming, Rocky Point, Three Coconuts, dan masih banyak yang lainnya. Puas, itu kata yang terucap ketika kaki beranjak meninggalkan pulau kecil ini. 

Tujuan selanjutnya sekaligus tujuan terakhir saya di Alor adalah kampung adat Takpala. Menuju kampung Takpala ditempuh sekitar 30 menit menggunakan jasa ojek motor, menembus dan melewati beberapa desa. Di kampung Takpala didominasi oleh Suku Abui sebagai suku terbesar di Pulau Alor. Di sekitar tahun 80-an, pulau kecil yang memiliki lebih dari 52 rumpun bahasa ini pernah ditetapkan sebagai salah satu lokasi tujuan wisata di indonesia oleh Departemen Pariwisata. 

Kampung Takpala dikenal sarat dengan tradisi dan upacara adatnya. Perayaan-perayaan tersebut menjelma ke dalam gerak tari maupun musik serta kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Perayaan dengan tari-tarian merupakan aktivitas rutin yang dilakukan bersama saat musim panen tiba dan upacara pernikahan. Oleh karenanya ketika mampir di sebuah pasar mingguan (hanya buka di hari Minggu) untuk membeli sirih, saya cukup takjub sekaligus bangga. Meski berasal dari latar belakang rumpun bahasa yang berbeda, namun Bahasa Indonesia tetap mereka gunakan sebagai bahasa pengantar ketika bertransaksi. 

Setibanya di kampung Takpala, saya disambut hangat oleh sang pemangku adat di sebuah Lopo. Saya pun kemudian menyerahkan sirih yang tadi saya beli di pasar kepada sang pemangku. Bagi masyarakat Nusa Tenggara, sirih masih menjadi buah tangan yang dihargai. Kaum wanita terlihat sedang menyiapkan tenun ikat yang dijajar rapi. Begitupun dengan pernak-pernik lain yang ikut dijajakan. 


Beberapa waktu kemudian masyarakat tampak sibuk menyiapkan tarian Lego-lego, sebuah upacara penyambutan puluhan wisatawan asal AS yang melakukan perjalanan melalui laut. Dalam sebuah upacara penyambutan, dihadirkan dua buah moko (sejenis alat musik atau gendang) yang dikeramatkan. Ketika seluruh tamu telah tiba, tarian Cakalele dan Lego-lego pun langsung menyambut mereka dengan hangat. Para penari mengelilingi mesbah (tumpukan batu berlapis tiga) yang bagi suku Abui merupakan pusat spiritual yang mewakili kelompok Kapitang (perang), kelompok Aweni (Bangsawan), dan kelompok Marang (perantara). 

Sungguh hari yang melelahkan namun menjadi sebuah pengalaman luar biasa yang takkan terlupa. Keindahan alam dan eksotisme budaya masyarakat Alor benar-benar mengagumkan.

Cara ke Alor

Garuda Indonesia melayani penerbangan Jakarta-Kupang via Denpasar pp 35 kali per minggu. Gunakan penerbangan dari kota lainnya ke Kupang. Dari Kupang ke Alor bisa dengan pesawat atau kapal laut. Transportasi umum di Alor belum ter-bangun dengan baik sehingga Anda perlu merencanakan metode berkelana di kota ini.
Sebarkan Artikel Ini :
Sebar di FB Sebar di Tweet Sebar di GPlus

About Unknown

WEBSITE ini didedikasikan untuk ilmu pengetahuan dan HUMAN BEING, silahkan memberikan komentar, kritik dan masukan. Kami menerima artikel untuk dimuat dan dikirim ke kawanram@gmail.com. Selanjutnya silahkan menghubungi kami bila memerlukan informasi lebih lanjut. Salam PEMBEBASAN!
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Post a Comment

PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.