Pendidikan pembebasan, secara konseptual sering di kaitkan dengan
upaya-upaya atau program-program pendidikan berbasis rakyat yang
dikaitkan dengan program pendidikan sebagaimana dicanangkan oleh Paulo
Freire dan Ivan Illich di Amerika Latin. Dr. Paulo Freire adalah
seorang cendekiawan Katolik di Brazilia, yang membuat konsepsi bahwa
pendidikan yang dibutuhkan sekarang adalah pendidikan yang menjadikan
manusia sebagai sentral bagi perubahan sosial, bahkan mampu mengarahkan
dan mengendalikan perubahan itu.
Pendidikan yang berguna adalah
pendidikan yang menyadarkan sikap kritis terhadap dunia dan kemudian
mengarahkan perubahannya. Dalam menghadapi dunia, pendidikan diarahkan
tidak hanya pada kemampuan retorika yang bersifat verbal, akan tetapi
juga mengarah kepada pendidikan kelakuan yang bertumpu pada kemampuan
profesional. Untuk memiliki kemampuan itu tentunya harus dirangsang
sikap kritis terhadap kenyataan-kenyataan di sekelilingnya dan berbekal
dengan sikap kritis itu -melalui debat dan diskusi- akan ditemukan
berbagai yang dialaminya sendiri dan masyarakatnya. Dari self
empowerment ke social empowerment.
Menurutnya, kurikulum pendidikan di
Brazilia lebih didominasi oleh pola pendidikan tradisional yang
mengedepankan uraian verbal dan hafalan ketimbang kemampuan praktik yang
merangsang profesionalisme. Akibatnya, dunia pendidikan lebih banyak
menghsilkan retorika atau ungkapan-ungkapan verbal daripada mencermati
kenyataan-kenyataan sosial dan kemudian mengubahnya melalui kemampuan
yang dimilikinya.
Senada dengan ini adalah konsep Ivan Illich mengenai deschooling society. Pemikiran
ini muncul sebagai reaksi atas model pendidikan kapitalistik yang
lebih mengedepankan kekayaan wawasan atau pengetahuan dengan lebih
sedikit menyentuh dimensi ketrampilan atau kemampuan praktis. Baginya,
pendidikan yang lebih mengedepankan wawasan atau pengetahuan alih-alih
perilaku atau ketrampilan hanya akan menghasilkan manusia-manusia yang
menjadi obyek perubahan sosial daripada subyek perubahan sosial.
Pendidikan seharusnya menjadi instrumen
bagi self empowerment, yang bertujuan membebaskan manusia dari belenggu
penindasan dan pengibirian manusia atas manusia lainnya. manusia yang
memiliki kebebasan ditandai dengan adanya kemampuan dirinya untuk
memaksimalkan potensi dirinya dalam kehidupan yang dijalaninya. Sebagai
seorang pakar dibidang pengembangan masyarakat, Ivan Illich melihat
bahwa out come pendidikan adalah generasi yang memiliki sikap tergantung
dan bukan mandiri. Ketergantungan itu salah satunya disaranai oleh
pendidikan model kapitalistik, yang baginya sangat merugikan bagi proses
pemberdayaan diri dan masyarakat.
Jika kemudian kita mengadopsi pola
pendidikan berbasis rakyat, sebagaimana diungkapkan oleh tokoh-tokoh
pendidikan di Amerika Latin, hakikatnya bukan karena kita latah, akan
tetapi senyatanya bahwa model-model pendidikan yang digunakan di
Indonesia juga ditandai dengan pengkayaan dimensi pengetahuan ketimbang
pendidikan perilaku yang mengarah kepada penguasaan suatu bidang yang
dapat menjadi penguat dalam memasuki dunia pekerjaan.
Problemnya adalah program pendidikan di
Indonesia memang belum memiliki relevansi yang sangat kuat dengan
program pendidikan sebagaimana didesain oleh para praktisi pendidikan
pembebasan. Dalam banyak hal, pendidikan Indonesia masih didesain
sebagai model pendidikan yang lebih menekankan pada dimensi pengetahuan
atau knowledge. Akan tetapi yang masih tampak mengedepan adalah
penerapan pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek pengetahuan
teoretik atau konseptual. Sehingga dimensi praksis agar pendidikan dapat
menjadikan out putnya memiliki seperangkat keterampilan praksis masih
jauh dari harapan.
Memang akhir-akhir ini sudah dirasakan
adanya fenomena untuk mengangkat output pendidikan ke arah pemilikan
pengatahuan praksis. Di antaranya adalah sekolah-sekolah yang didirikan
oleh Ciputra Group. Sayangnya bahwa lembaga ini nampak sangat elitis,
sehingga yang bisa belajar ke arah itu hanyalah sekelompok elit yang
memang memiliki kemampuan secara finansial.
Seharusnya, model pembelajaran yang
dilakukan oleh sekolah enterprenership yang dikembangkan oleh Ciputra
ini justru diadaptasi oleh pemerintah atau lembaga lain yang selama ini
memiliki konseren dalam program pembelajaran berbasis pada pembebasan.
Melalui adopsi model tersebut, kiranya akan didapatkan suatu perubahan
tentang praksis pendidikan yang lebih mengarah pada kemampuan teknis
ketimbang teoretis.
Hanya melalui program pendidikan yang
berbasis pembekalan pengetahuan praksis saja maka pendidikan akan dapat
menjadi salah satu model yang lebih tepat untuk mengembangkan modal
manusia atau human capital.
0 komentar :
Post a Comment
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.