BREAK
Loading...

Pendidikan Sebagai Program Pembebasan


Prof. DR. Nursyam, M.s

Pendidikan pembebasan, secara konseptual sering di kaitkan dengan upaya-upaya atau program-program pendidikan berbasis rakyat yang dikaitkan dengan program pendidikan sebagaimana dicanangkan oleh Paulo Freire dan Ivan Illich di Amerika Latin. Dr. Paulo Freire adalah seorang cendekiawan Katolik di Brazilia, yang membuat konsepsi bahwa pendidikan yang dibutuhkan sekarang adalah pendidikan yang menjadikan manusia sebagai sentral bagi perubahan sosial, bahkan mampu mengarahkan dan mengendalikan perubahan itu.

Pendidikan yang berguna adalah pendidikan yang menyadarkan sikap kritis terhadap dunia dan kemudian mengarahkan perubahannya. Dalam menghadapi dunia, pendidikan diarahkan tidak hanya pada kemampuan retorika yang bersifat verbal, akan tetapi juga mengarah kepada pendidikan kelakuan yang bertumpu pada kemampuan profesional. Untuk memiliki kemampuan itu tentunya harus dirangsang sikap kritis terhadap kenyataan-kenyataan di sekelilingnya dan berbekal dengan sikap kritis itu -melalui debat dan diskusi- akan ditemukan berbagai yang dialaminya sendiri dan masyarakatnya. Dari self empowerment ke social empowerment.

Menurutnya, kurikulum pendidikan di Brazilia lebih didominasi oleh pola pendidikan tradisional yang mengedepankan uraian verbal dan hafalan ketimbang kemampuan praktik yang merangsang profesionalisme. Akibatnya, dunia pendidikan lebih banyak menghsilkan retorika atau ungkapan-ungkapan verbal daripada mencermati kenyataan-kenyataan sosial dan kemudian mengubahnya melalui kemampuan yang dimilikinya.

Senada dengan ini adalah konsep Ivan Illich mengenai deschooling society. Pemikiran ini muncul sebagai reaksi atas model pendidikan kapitalistik yang lebih mengedepankan kekayaan wawasan atau pengetahuan dengan lebih sedikit menyentuh dimensi ketrampilan atau kemampuan praktis. Baginya, pendidikan yang lebih mengedepankan wawasan atau pengetahuan alih-alih perilaku atau ketrampilan hanya akan menghasilkan manusia-manusia yang menjadi obyek perubahan sosial daripada subyek perubahan sosial.

Pendidikan seharusnya menjadi instrumen bagi self empowerment, yang bertujuan membebaskan manusia dari belenggu penindasan dan pengibirian manusia atas manusia lainnya. manusia yang memiliki kebebasan ditandai dengan adanya kemampuan dirinya untuk memaksimalkan potensi dirinya dalam kehidupan yang dijalaninya. Sebagai seorang pakar dibidang pengembangan masyarakat, Ivan Illich melihat bahwa out come pendidikan adalah generasi yang memiliki sikap tergantung dan bukan mandiri. Ketergantungan itu salah satunya disaranai oleh pendidikan model kapitalistik, yang baginya sangat merugikan bagi proses pemberdayaan diri dan masyarakat.

Jika kemudian kita mengadopsi pola pendidikan berbasis rakyat, sebagaimana diungkapkan oleh tokoh-tokoh pendidikan di Amerika Latin, hakikatnya bukan karena kita latah, akan tetapi senyatanya bahwa model-model pendidikan yang digunakan di Indonesia juga ditandai dengan pengkayaan dimensi pengetahuan ketimbang pendidikan perilaku yang mengarah kepada penguasaan suatu bidang yang dapat menjadi penguat dalam memasuki dunia pekerjaan.

Problemnya adalah program pendidikan di Indonesia memang belum memiliki relevansi yang sangat kuat dengan program pendidikan sebagaimana didesain oleh para praktisi pendidikan pembebasan. Dalam banyak hal, pendidikan Indonesia masih didesain sebagai model pendidikan yang lebih menekankan pada dimensi pengetahuan atau knowledge. Akan tetapi yang masih tampak mengedepan adalah penerapan pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek pengetahuan teoretik atau konseptual. Sehingga dimensi praksis agar pendidikan dapat menjadikan out putnya memiliki seperangkat keterampilan praksis masih jauh dari harapan.

Memang akhir-akhir ini sudah dirasakan adanya fenomena untuk mengangkat output pendidikan ke arah pemilikan pengatahuan praksis. Di antaranya adalah sekolah-sekolah yang didirikan oleh Ciputra Group. Sayangnya bahwa lembaga ini nampak sangat elitis, sehingga yang bisa belajar ke arah itu hanyalah sekelompok elit yang memang memiliki kemampuan secara finansial.
Seharusnya, model pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah enterprenership yang dikembangkan oleh Ciputra ini justru diadaptasi oleh pemerintah atau lembaga lain yang selama ini memiliki konseren dalam program pembelajaran berbasis pada pembebasan. Melalui adopsi model tersebut, kiranya akan didapatkan suatu perubahan tentang praksis pendidikan yang lebih mengarah pada kemampuan teknis ketimbang teoretis.

Hanya melalui program pendidikan yang berbasis pembekalan pengetahuan praksis saja maka pendidikan akan dapat menjadi salah satu model yang lebih tepat untuk mengembangkan modal manusia atau human capital.

Sebarkan Artikel Ini :
Sebar di FB Sebar di Tweet Sebar di GPlus

About Unknown

WEBSITE ini didedikasikan untuk ilmu pengetahuan dan HUMAN BEING, silahkan memberikan komentar, kritik dan masukan. Kami menerima artikel untuk dimuat dan dikirim ke kawanram@gmail.com. Selanjutnya silahkan menghubungi kami bila memerlukan informasi lebih lanjut. Salam PEMBEBASAN!
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Post a Comment

PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.