2. Idealisme Etis dan Estetis
Idealisme etis dan estetis juga menjadi sumber bagi sosialisme Inggris,
meskipun pengaruhnya tidak dapat diukur dalam wujud jumlah suara dan
kartu keanggotaan. Idialisme yang diungkapkan oleh beberapa penulis
seperti John Ruskin dan William Morris bukanlah suatu program politik
atau ekonomi, tetapi merupakan pemberontakan kehidupan yang kotor,
membosankan dan miskin di bawah kapitalisme industri. Berkembangnya
kapitalisme di Inggris mungkin menciptakan lebih banyak keburukan
disbanding dengan tempat lain, karena para industriawan Inggris tidak
dapat membayangkan nantinya kapitalisme akan merubah udara dan air yang
jernih dan keindahan wilayah pedalaman Inggris. Mereka juga tidak
memperhitungkan sebelumnya pengrusakan pemandangan kota dan desa tua
oleh adanya pemukiman dan pusat pabrik.
Marx melakukan pendekatan terhadap
kapitalisme industri dalam kerangka hukum kosmis seperti perkembangan
sejarah dunia menurut hukum-hukum sosial yang tidak dapat dielakkan,
filsafat materialisme, maka Morris lebih bertumpu pada kenyataan. Di
sekitarnya ia melihat barang dan perlengkapan rumah tangga yang jelek
serta kehidupan manusia yang menampakkan keceriaan dan keindahan dalam
kehidupannya. Pusat perhatian Morris adalah manusia bukan system. Ia
merasakan bahwa seni harus dikembalikan dalam kehidupan sehari-hari dan
dorongan yang kreatif pada setiap orang harus diberi jalan penyalurannya
dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Pengaruh Ruskin dan Morris lebih banyak
mengandung segi negatif dibanding positifnya. Mereka menunjukkan apa
yang secara fisik dan moral salah menyangkut peradaban yang dibangun di
atas perselisihan dan kemelaratan, tetapi tidak merumuskan program
tertentu untuk memperbaiki kondisi yang dikritiknya. Meskipun demikian
pemberontakan estetika dan etika ini membawa pengaruh yang penting dalam
mempersiapkan suatu lingkungan intelektual dimana nantinya sosialisme
mendapatkan tanggapan yang simpatik.
3. Empirisme Febian.
Empirisme Febian mungkin merupakan ciri khas gerakan Inggris. Masyarakat
Febian didirikan pada tahun 1884, mengambil nama seorang jenderal
Romawi yaitu Quintus Febians Maximus Constator, Si “pengulur waktu”atau
“Penunda”. Motto awal dari masyarakat tersebut ialah “engkau harus
menunggu saat yang tepat, kalau saat yang tepat itu tiba engkau harus
melakukan serangan yang dasyat, sebab jika tidak, penundaan yang engkau
lakukan itu sia-sia dan tidak akan membawa hasil“.
Para pendiri dan anggota pertama
masyarakat Febian adalah George Bernard Shaw, Sidney dan Beatrice
Webb,H.G.Wells dan Grahan Wallas. Dalam penelitian sejarah tentang
landasan yang dilakukan oleh Sidney Webb, seperti dalam buku Febian
Esseye (1889), dapat ditemukan apa yang menjadi filsafat dasar
sosialisme. Webb menganggap sosialisme sebagai hasil yang tidak dapat
dielakkan dari terlaksananya demokrasi secara penuh, tetapi ia
menandaskan “ kepastian yang datang secara bertahap” sangat berbeda
dengan kepastian revolusi seperti yang dicanangkan oleh Marx.
Webb menekankan bahwa organisasi sosial
hanya dapat terbentuk secara perlahan dan perubahan-perubahan organisasi
. Perubahan tersebut akan terjadi dengan adanya empat kondisi: pertama
perubahan itu harus bersifat demokratis , kedua perubahan itu harus
secara bertahap, ketiga perubahan itu harus sesuai dengan moral
masyarakat, keempat perubahan tersebut harus melalui prosedur dan
menggunakan cara damai.
Kelompok Fabian memusatkan perhatiannya
untuk meyakinkan sekelompok kecil orang yang memenuhi dua kualifikasi :
pertama orang-orang tersebut secara permanent mempunyai pengaruh dalam
kehidupan masyarakat, sehingga kalau proses perembesan yang dibutuhkan
waktu lama itu berhasil, maka dapat dipetik manfaatnya, kedua mereka
harus bersikap dan bertindak wajar sehinga kelompok Fabian tidak
dianggap sebagai kaum ekstrimis. Orang-orang dengan kualifikasi seperti
itu dapat dijumpai dalam semua partai politik. Untuk itu kelompok Fabian
tidak hanya menggarap kaum konservatif saja, tetapi juga kaum liberal.
Fabianisme sering digambarkan sebagai
pembaharuan tanpa kebencian, pembangunan kembali masyarakat perang
kelas, emperialisme politik tanpa dogma atau fanatisme. Meskipun
organisasinya kecil, namun masyarakat Febian membawa pengaruh yang
besar. Dalam pemilihan tahun 1945 menampilkan untuk pertama kalinya
pemerintahan Partai Buruh didasarkan pada mayoritas dalam parlemen 229
dari 394 anggota parlemen dari Partai Buruh berasal dari kelompok Febian
dan lebih dari separuh pejabat pemerintah, termasuk Attlee (Perdana
Menteri 1945-1951) juga orang-orang Febian.
4. Liberalisme
liberalisme telah menjadi sumber yang semakin penting bagi sosialisme,
terutama sejak Partai Liberal merosot peranannya di banyak Negara. Di
Inggris sebenarnya Partai Liberal sudah lenyap dan Partai Buruh yang
menjadi pewarisnya. Dalam 40 tahun terakhir semakin banyak orang liberal
yang menggabungkan diri dengan Partai Buruh. Apa alasannya ?. Pertama,
lenyapnya Partai Liberal Inggris bukanlah disebabkan kegagalannya
,tetapi hasil yang telah dicapai membuat kehadiran partai ini tidak
diperlukan lagi. Saat ini baik Partai Konservatif maupun Partai Buruh
mempunyai komitmen yang kuat terhadap prinsip liberal yang menghormati
kebebasan individu untuk beribadah, berpikir, berbicara dan berkumpul.
Kedua perdagangan bebas yang merupakan cita-cita yang penting dari
liberalisme Inggris abad 19 tidak muncul lagi sebagai kepentingan
politik yang menggebu-gebu. Baik golongan konservatif maupun golongan
Buruh mempunyai komitmen pada bentuk proteksi tarif tertentu.
Orang-orang liberal sendiri juga sudah menyadari perdagangan bebas tidak
penting lagi seperti dulu.
Karena masalah-masalah yang khusus sudah
tidak ada lagi, banyak orang liberal yang bergabung dengan Partai Buruh
atau memberikan suaranya untuk Partai Buruh atau menganggap dirinya
sebagai orang sosialis murni.Liberalisme biasanya menjadi aliran kiri
kaum konservatif. Di Negara yang mempunyai system dua partai seperti
Inggris, kalau orang akan bergeser dari konservatif. Maka Partai Buruh
merupakan tumpuan untuk memperjuangkan kepentingan politiknya.
Liberalisme telah memberikan sumbangan
yang cukup besar hal-hal yang berguna bagi sosialisme Inggris. Karena
pengaruh Liberalisme para pemimpin sosialis lebih moderat dan kurang
terpaku pada doktrin serta lebih menghargai kebebasan individu.
Liberalisme telah merubah Partai Buruh menjadi sebuah partai nasional,
bukan lagi partai yang didasarkan pada kelas. Liberalisme juga telah
mewariskan kepada Partai Buruh peran kaum liberal bahwa pembaharuan
dapat dilakukan dengan tidak usah menimbulkan kepahitan dan kebencian.
SOSIALISME DI BERBAGAI NEGARA
Kemenangan bangsa-bangsa demokrasi dalam perang dunia I memberikan dorongan yang kuat bagi partumbuhan partai sosialis di seluruh dunia. Perang telah dilancarkan untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme totaliter Jerman dan Sekutu-sekutunya. Selama peperangan telah dijanjikan kepada rakyat-rakyat negara demokratis yang ikut berperang, bahwa kemenangan militer akan disusul dengan suatu penyusunan kehidupan sosial baru berdasarkan kesempatan dan persamaan yang lebih banyak.
Kemenangan bangsa-bangsa demokrasi dalam perang dunia I memberikan dorongan yang kuat bagi partumbuhan partai sosialis di seluruh dunia. Perang telah dilancarkan untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme totaliter Jerman dan Sekutu-sekutunya. Selama peperangan telah dijanjikan kepada rakyat-rakyat negara demokratis yang ikut berperang, bahwa kemenangan militer akan disusul dengan suatu penyusunan kehidupan sosial baru berdasarkan kesempatan dan persamaan yang lebih banyak.
Di Inggris dukungan terbesar terhadap
gerakan sosialisme muncul dari Partai Buruh mencerminkan
pertumbuhanuruh dan perkembangannya suatu proses terhadap susunan sosial
yang lama. Pada awal pertumbuhan hanya memperoleh suara (dukungan) yang
kecil dalam perwakilannya di parlemen. Selanjutnya menjadi partai yang
lebih bersifat nasional setelah masuknya bekas anggota partai liberal.
Banyak programnya yang berasal dari kaum sosialis,terutama dari
kelompok Febiaan berhasil memperkuat posisi partai karena dapat memenuhi
keinginan masyarakat. Kemajuan yang dapat dicapaimisalnya dalam bidang
(1) pemerataan pendapatan (2)distribusi pendapatan (3) pendidikan (4)
perumahan (Anthony Crosland, 1976: 265-268).
Di Negara-negara Eropa lainnya seperti
Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan juga Australia dan Selandia Baru
partai-partai sosial berhasil memegang kekuasaan pemerintahan melalui
pemilu-pemilu bebas. Hal tersebut berarti kalau kita berbicara
sosialisme, maka kita menghubungkan dengan sosialisme demokrasi tipe
reformasi liberal. Hal ini perlu dibedakan dengan sosialisme otoriter
atau komunisme seperti yang terlihat di Soviet dan RRC.
Selama tahun 1920-an dan 1930-an, kaum
sosialis di Eropa dan Amerika melakukan serangan baru terhadap kelemahan
kapitalisme, ungkapan-ungkapan misalnya : ketimpangan ekonomi,
pengangguran kronis, kekayaan privat dan kemiskinan umum, menjadi
slogan-slogan umum. Di Eropa partai sosialis demokratis dipengaruhi
Marxisme revisionis,solidaritas kelas pekerja, dan pembentukan sosialis
yang papa akhirnya melalui cara demokratis sebagai alat untuk
memperbaiki kekurangan system kapitalis. Periode tersebut merupakan era
menggejolaknya aktivitas sosialis.
Setelah PD II terjadi perubahan besar
dalam pemikiran kaum sosialis. Pada permulaan tahun 1960 banyak diantara
partai sosialis demokrat Eropa yang melepaskan dengan hubungan
ikatan-ikatan idiology Marx. Mereka mengubah sikapnya terhadap hak milik
privat dan tujuan mereka yang semula tentang hak milik kolektif secara
total. Perhatian mereka curahkan terhadap upaya “ menyempurnakan
ramuan”pada perekonomian yang sudah menjadi ekonomi campuran. Akibatnya
disfungsi antara sosialis dan negara kesejahteraan modern (The modern
welfare state) kini dianggap orang sebagai perbedaan yang bersifat
gradual.
Menurut Milton H Spencer sosialisme
demokrasi modern merupakan suatu gerakan yang berupaya untuk memperbaiki
kesejahteraan masyarakat melalui tindakan (1) memperkenalkan adanya hak
milik privat atas alat-alat produksi (2) melaksanakan pemilikan oleh
Negara (public ounership) hanya apabila hal tersebut diperlukan demi
kepentingan masyarakat (3) mengandalkan diri secara maksimal atas
perekonomian pasar dan membantunya dengan perencanaan guna mencapai
sasaran sosial dan ekonomis yang diinginkan ( Winardi, 1986: 204).
Bagaimanakah sosialisme di Negara-negara
berkembang ?. Negara-negara miskin berhasrat untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang cepat. Dari segi kepentingan dalam negeri pertumbuhan
ekonoimi yang tinggi merupakan satu-satunya cara untuk mencapai
srtandart hidup, kesehatan dan pendidikan yang lebih baik. Ada dua cara
untuk mencapai pembangunan ekonomi yang pesat: Pertama cara yang telah
digunakan oleh Negara Barat (maju), pasar bebas merupakan alat utama
untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Kedua komunisme, dalam
metode ini Negara memiliki alat-alat produksi dan menetapkan tujuan yang
menyeluruh.
Dalam menghadapi masalah modernisasi
ekonomi Negara-negara berkembang pada umumnya tidak mau meniru proses
pembangunan kapitalis Barat atau jalur pembangunan komunisme. Mereka
menetapkan sendiri cara-cara yang sesuai dengan kondisi masing-masing
Negara. Ketiga jalan ketiga disebut Sosialisme. Dalam konteks negara
terbelakang/berkembang sosialisme mengandung banyak arti pertama di
dunia yang sedang berkembang sosialisme berarti cita-cita keadilan
sosial . Kedua istilah sosialisme di Negara-negara berkembang sering
berarti persaudaraan, kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan
hukum. Arti Ketiga sosialisme di Negara berkembang ialah komitmen pada
perancangan (Willan Ebenstein,1994: 248-249).
Melihat tersebut di atas arti sosialisme
pada negara berkembang dengan Negara yang lebih makmur karena perbedaan
situasi histories. Di dunia Barat sosialisme tidak diartikan sebagai
cara mengindustrialisasikan Negara yang belum maju, tetapi cara
mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata. Sebaliknya,
sosialisme di Negara berkembang dimaksudkan untuk membangun suatu
perekonomian industri dengan tujuan menaikkan tingkat ekonomi dan
pendidikan masa rakyat, maka sosialisme di negara Barat pada umumnya
berkembang dengan sangat baik dalam kerangka pemerintahan yang mantap
(seperti di Inggris dan Skandinavia), sedangkan di Negara berkembang
sosialisme sering berjalan dengan beban tardisi pemerintahan yang
otoriter oleh kekuatan imperialism asing atau oleh penguasa
setempat. Karena itu ada dugaan sosialisme di Negara berkembang
menunjukkan toleransi yang lebih besar terhadap praktek otoriter
dibandingkan dengan dengan yang terjadi sosialisme di Negara Barat.
Kalau Negara-negara berkembang gagal dalam usahanya mensintesakan
pemerintahan yang konstitusional dan perencanaan ekonomi, maka mereka
menganggap bahwa pemerintahan konstitusional dapat dikorbankan demi
memperjuangkan pembangunan ekonomi yang pesat melalui perencanaan dan
pemilikan industri oleh Negara.
Jika kita perhatikan dalam sejarah bangsa
Indonesia, pada awal kemerdekaan sampai tahun 1965 pernah pula
diintrodusir konsep sosialisme ala Indonesia .Apakah itu sebagai akibat
pengaruh PKI atau ada aspek-aspek tertentu yang memang sesuai dengan
kondisi di negara kita. Yang jelas sejak memasuki Orde BAru “sosialisme”
itu tidak terdengar lagi.
Adanya
perbedaan pengertian mengenai
konsep sosialisme, memberikan wawasan kepada kita bahwa suatu ideology
politik yang dianut oleh suatu Negara belum tentu cocok untuk negar
lain. Melalui pemahaman ini dapat dipetik manfaatnya untuk pengembangan
pembangunan nasional demi tercapainya tujuan nasional seperti yang
terumuskan dalam UUD 1945.
KESIMPULAN
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu, yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata. Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional –parlementer, dan tanpa kekerasan.
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu, yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata. Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional –parlementer, dan tanpa kekerasan.
Sosialisme sebagai ideology politik
timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik
akibat revousi industri. Adanya kemiskinan, kemelaratan, kebodohan
kaum buruh, maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan
secara merata.
Dalam perkembangan sosialisme terdiri
dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia, sosialisme ilmiah
yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama
pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti
Marxisme-Leninisme ,Febianisme, dan Sosial Demokratis.
Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi demokrasi yang
kuat. Unsur-unsur pemikiran yang ada dalam gerakan sosialis sebagimana
tergambar di Inggris mencakup: (a) agama; (b) idealisme e tis dan
estetis; (c) empiris Fabian; dan (d) liberalisme.
Sosialisme yang ada disetiap negara
memiliki ciri khas sesuai dengan kondisi sejarahnya . Dalam sosialisme
tidak ada garis sentralitas dan tidak bersifat internasional
Sosialisme di negara-negara berkembang
mengandung banyak arti.
Sosialisme berarti cita-cita keadilan sosial;
persaudaraan; kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum;
dan komitmen pada perencanaan.
Di negara-negara Barat ( lebih makmur)
sosialisme diartikan sebagai cara mendistribusikan kekayaan masyarakat
secara lebih merata sedangkan di Negara berkembang sosialisme diartikan
sebagai cara mengindustrialisasikan Negara yang belum maju atau
membangun suatu perekonomian industri dengan maksud manaikkan tingkat
ekonomi dan pendidikan masyarakat .
Sosialisme sebagai idiologi politik yang
merupakan keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan
politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat
secara merata melalui jalan evolusi, persuasi,
konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan. Sosialisme sebagai
ideologi politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial,
ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan ,
kemelaratan ,kebodohan kaum buruh, maka sosialisme berjuang untuk
mewujudkan kesejahteraan secara merata.
Dalam perkembangan sosialisme terdiri
dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia, sosialisme ilmiah
yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama
pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti
Marxisme-Leninisme, Febianisme , dan Sosial Demokratis. Sosialisme dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki
tradisi demokrasi yang kuat .
DAFTAR PUSTAKA- Alfian. (1976) Ideologi, Idealisme dan Integrasi Nasional, dalam Yahya Muhaimin, Masalah- masalah Pembangunan Politik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
- Anthony Crosland. (1978). “Sosialisme Sekarang“, dalam Andrew Blowers dan Grahane Thomson, Ketidakmerataan, Konflik dan Perubahan. Jakarta, Universitas Indonesia Press.
- Fans Magnis. (1975). Etika Sosial. Jakarta.
- Lyman Tower Sargent . (1984) . Ideologi –Ideologi Politik Kontemporer. Alih Bahasa AR Henry Sitanggang. Jakarta: Erlangga.
- Miriam Budiardjo . (1981). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Bandung Alumni.
- Soemardjo. (t.t) Sejarah Sosialisme di Eropa Dari Abad ke-19 Sampai 1914. Jakarta: Harapan Masa.
- Sutarjo Adisusilo. (1991). Kapita Selekta Sejarah Eropa Abad XVIII-XIX . Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma.
- Walter Ode J . (1990). “ Sosialism” dalam The Encyclopedia Americana . Volume 25 . Connecticut: Glolier Incorporated.
- William Ebenstein. (1994). Isme-Isme Dewasa Ini . Jakarta: Erlangga.
- Winardi. (1986). Kapitalisme Versus Sosialisme. Bandung: Remaja Karya.
- Wiryono Prodjodikoro. (1981). Asas-Asas Ilmu Negara dan Politik. Bandung: Eresco.
Penulis Drs. Sri Agus, M.Pd.
sumber : klik disini
0 komentar :
Post a Comment
PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.
Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.