BREAK
Loading...

Dalam Sebuah Surat

RM, Jakarta - Zal, apa kabar Indonesia kini? Ramai kukira, kudengar sedang ramai dikepung Tikus-tikus. Kenapa memangnya? 
 
Sudah lama aku tidak mendengar tanah kelahiran aku. Ah ya, kemarin aku bertemu dengan Gus Dur, orang baik, ia menyenangkan, aku dan Ahmad Wahib ketawa terpingkal dibuatnya. 
 
Ah jika aku bertemu dengannya sejak lama mungkin aku tobat jadi atheis. Hehehee.. tapi aku tau kau takan percaya. Gus ini anak kyai rupanya, banyak ia bercerita tentang islam dan yang bukan islam. Rupa-rupanya ia tahu aku gak percaya tuhan barangkali.

Aku sebenarnya iri melihat dia. Dia telah tenang dalam Tuhannya. Dia sudah bersatu dengan Tuhannya. Katanya ia pernah jadi presiden, 2 tahun lantas ia bosan lalu diberhentikan. Oleh DPR katanya, yang ia tuduh mirip Taman Kanak-Kanak. Aku dan Wahib sekali lagi keras tertawa. 

Siapa presiden kita kali ini Zal? Militer lagi ataukah sudah teknokrat? Aku ingin suatu saat Indonesia dipimpin oleh Filsuf atau Budayawan. Biar ia bijak, atau setidaknya ia mungkin bisa berpikir secara lebih baik, bukan lagi tentang untung rugi, tapi baik buruk. Jangan lagi presiden dari golongan kyai atau pastur, mereka suruh perbaiki umat saja, jangan ikut berpolitik. Dulu ada Buya H.A.M.K.A, orang hebat dan baik ia Zal. Berani ia kritik Soekarno, kudengar ia sahabat Hatta. 
 
Oh iya, aku dengar-dengar ada manusia lumpur dari Sidoarjo dan raja dangdut yang ingin nyapres di pilpres 2014 nanti ya? Betul itu Zal? Rizal masihkah kau suka membaca? Aku tahu sampai saat ini kau tak punya kekasih. Malaikat Munkar dan Nakir bercerita Hehehe.. kau sudah pantas dapat gelar STMJ Zal. Kau tau apa itu STMJ? Bruakha..kha..kha..kha. 

Bagiku Cinta = Nafsu, titik! Aku kira ada yang disebut cinta yang suci. Tapi itu cemar bila kawin. Aku pun telah pernah merasa jatuh simpati dengan orang-orang tertentu, dan aku yakin itu bukan nafsu. Aku tahu kita berbeda dalam semua Zal, kecuali dalam cinta. Cocok kau rasa kan Zal? Hahahaa.. forget it dude..!! 

Akhir-akhir ini aku selalu berpikir, apa gunanya semua yang Aku lakukan ini. Aku menulis, melakukan kritik kepada banyak orang yang Aku anggap tidak benar dan yang sejenisnya lagi. Makin lama, makin banyak musuh Aku dan makin sedikit orang yang mengerti Aku. Dan kritik-kritik Aku tidak mengubah keadaan. Jadi apa sebenarnya yang Aku lakukan? Aku ingin menolong rakyat kecil yang tertindas, tapi kalau keadaan tidak berubah, apa gunanya kritik-kritik Aku? Apa ini bukan semacam onani yang konyol? 

Kadang-kadang Aku merasa sungguh-sungguh kesepian. Zal, kadang Aku lelah bergulat dengan pemikiran Aku sendiri. Memikirkan tentang rakyat, bangsa dan kemanusiaan. Tapi apapun yang terjadi Aku menolak untuk berkompromi dengan penindasan. Lebih baik mati diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan. 
 
Dan sekarang makin Aku geli melihat kawan-kawanmu Zal, Mahasiswa pun tak mampu lagi berdiri pada garda terdepan untuk menyatakan sikap penolakannya, karena tak jarang idealisme telah terbeli oleh manisnya kehidupan hedonis. 

Generasi mahasiswa kala ini sedang galau. Sibuk mencari eksistensinya sendiri. Kulihat kau pun demikian, lebih sering update status Facebook daripada ibadahmu.

Generasi Facebook, menyedihkan dan jika kau kemudian ikut arus di dalamnya. Dan kupikir kamu akan terjebak dalam identitasnya. Aku ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun. 

Kau tak percaya? Lihat saja demonstrasi mahasiswa saat ini, norak, kampungan! Dulu aku benci sekali dengan mahasiswa oportunis yang sok-sokan menjadi bagian dari sebuah sistem parlemen. Sistem itu busuk Zal, tapi melihat mahasiswa demonstrasi dengan membawa batu, parang, kayu dan bom molotof. Mereka mau menjalankan demokrasi atau sekedar sok jagoan? Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik Aku dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi. Busuk bukan? 
 
Ya, yah aku ingat kau dulu pernah bercerita tentang kawan-kawan ekstramu yang kau bilang busuk itu. Tapi kita harus adil Zal, Seorang intelektual harus adil sejak dalam pikiran dan perbuatan. Sondang Hutagalung bilang begitu, oh ya dia titip salam. Lama ia menunggu ingin baca tulisanmu, mandul kau katanya? Ayo menulis Zal, ajak teman-temanmu sekalian. Jangan mau jadi renik dalam sejarah yang hanya numpang kuliah tanpa bisa memberi jejak dalam sejarah. 

Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?. Karena kau tau Zal? Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis. 

Aku muak dengan mental feodal dan sikap premanisme di kampusmu ini Zal, memangnya kampusmu memelihara yang seperti itu ya??? Sudahkah kau lulus Zal? Jangan lulus dulu, tuntaskan dulu tanggung jawabmu sebagai intelektuil, bukan aku menyuruhmu malas. Tapi sesuaikan dengan tanggung jawabmu sebagai Agent of enlighment. Bidang seorang sarjana adalah berpikir dan mencipta yang baru. Mereka harus bisa bebas disegala arus-arus masyarakat yag kacau, seharusnya mereka bisa berpikir tenang karena predikat kesarjanannya. Lalu hiduplah dengan keyakinan teguh. Karena kau tau, Aku tak mau jadi pohon bambu, Aku mau jadi pohon oak yang berani menentang angin. Karena Aku tak mau diam melihat penindasan. Dan Aku lebih tak suka melihat orang-orang munafik Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah/penguasa. Kau tentu ingat puisiku Zal, Puisi yang kubuat saat sedang galau. Yah pasti kau lupa, tak suka aku dengan tabiatmu ini. 

Baiklah kutulis ulang untukmu Zal. Saya mimpi tentang sebuah dunia, Di mana ulama - buruh dan pemuda, Bangkit dan berkata - Stop semua kemunafikan, Stop semua pembunuhan atas nama apa pun. Dan para politisi di PBB,Sibuk mengatur pengangkutan gandum, susu dan beras, Buat anak-anak yang lapar di tiga benua, dan lupa akan diplomasi. Tak ada lagi rasa benci pada siapa pun, Agama apa pun, ras apa pun, dan bangsa apa pun, Dan melupakan perang dan kebencian, Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik. 

Tuhan - Saya mimpi tentang dunia tadi, Yang tak pernah akan datang. Hadapilah cita-cita ini Zal, karena buat apa menghindar? Cepat atau lambat, suka atau tidak, perubahan hanya soal waktu. Semua boleh berubah, semua boleh baru, tapi satu yang harus dipegang; kepercayaan. Karena kehidupan sekarang benar-benar membosankan Aku. 

Aku merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Aku ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur. 

Bergeraklah Zal.Jangan kau bilang peduli rakyat, jika makanmu masih seperti priyayi. Bergeraklah Zal, ayo didik masyarakatmu dengan kata-kata dan buku. Karena kau tahu, percuma hidup jika kau tak dapat berkarya. Suatu gerakan hanya mungkin berhasil bila dasar-dasar dari gerakan tersebut mempunyai akar-akarnya di bumi tempat ia tumbuh. Ide yang jatuh dari langit tidak mungkin subur tumbuhnya, hanya ide yang berakar ke bumi yang mungkin tumbuh dengan baik. Berakar menghujam seperti beringin. Maka jika kau lihat mengapa Orde Baru kuat mengakar, ya mungkin karena lambang partainya adalah beringin. Akan lain cerita jika lambangnya adalah pohon toge. Hahahaaa.. 

Zal, aku mau kau dan generasimu mengerti. Bahwa pendidikan adalah satu-satunya alat menuju kondisi yang lebih baik. Ayo bangkit Zal, jangan malas, jangan hanya bisa nonton sinetron. Tak malu kau pada kami? Aku dan Ahmad Wahib, Munir, kau tau Munir kan? Orang cemerlang itu, ia hebat karena mau belajar, sekolah dan membaca, pejuang ia Zal. Tak mau kau seperti ia? Bukan sebagai superhero macam Superman, itu Cuma dongeng. Jadilah hebat karena kau peduli dan jujur. Atau seperti Marsinah, ya Marsinah wanita besi itu datang dengan berbagai persoalannya, tapi ia lega Zal, selama hidup ia sudah jujur, jujur untuk melawan kesewenangan, ayo lah Zal. Tak perlu dengan agitasi turun ke Jalan, bisa kau bikin macam Si Rendra atau Taufiksyah Ismail budayawan kota Medan itu, berpuisi. 

Jangan diam Zal, diam hanya macam orang kejam. Karena diam dan kasihan adalah laknat kutukan pada hati manusia. Ingatlah Zal, apatisme lahir karena dua hal, kau terlalu bodoh untuk berpikir atau terlalu egois untuk perduli. Dosen yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Dosen bukan Dewa dan selalu benar, dan Mahasiswa bukan kerbau. Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah. 
 
Sahabatmu, Gie. 
 
*Ditulis ulang untuk mengenang Soe Hok Gie (17 Desember 1942 – 16 Desember 1969), ditulis dengan campuran berbagai kutipan catatannya dalam buku berjudul Catatan Seorang Demonstran. (Rizal Hasoegian)
Sebarkan Artikel Ini :
Sebar di FB Sebar di Tweet Sebar di GPlus

About Unknown

WEBSITE ini didedikasikan untuk ilmu pengetahuan dan HUMAN BEING, silahkan memberikan komentar, kritik dan masukan. Kami menerima artikel untuk dimuat dan dikirim ke kawanram@gmail.com. Selanjutnya silahkan menghubungi kami bila memerlukan informasi lebih lanjut. Salam PEMBEBASAN!
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Post a Comment

PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.