BREAK
Loading...

Revolusi!, Coretan si Odi

Coretan Si Odi Tentang Revolusi


Oleh Odi Shalahuddin

Ibunda bukan sekedar hamil tua, tapi sudah melahirkan raksasa kembar lima. Panji-panji telah dikibarkan. Sorga telah diciptakan. Mimpi-mimpi, telah bisa dihadirkan. Masa depan telah direnggutkan. Menjadi sekarang!

Lihatlah gedung-gedung menjulang, jalan melayang-layang, jutaan kendaraan bersiweran, dengan berjuta iklan bertebaran, ditengah kehidupan orang-orang sibuk bukan sekedar mencari makan, melainkan biar bisa dianggap terpandang.

Tercipta kota-kota. Kota dalam kota. Desa kota. Kota dalam hutan. Gemuruh. Tanah-tanah menghilang. Semen dan aspal membuka jalan.

Pohon-pohon ditumbangkan. Suara jengkerik, kodok, dan irama gesek bambu tinggal kenangan.

Revolusi!Hasil panen terjual semua. Tiada terpikir untuk tersimpan. Uang dihasilkan, menjadi alat untuk membeli makanan instans. Selebihnya membeli HP. Tiada peduli sinyal naik-turun. Tiada peduli diburu kebutuhan pulsa. Sambil menikmati saluran tv berwarna dengan channel beraneka, berisi selebritis dengan beragam gaya, dari menguras air mata, hingga membuat diri sesak dada, dengan sisi kehidupan pribadi yang semakin terbuka, menebas segenap batasan menjadi merdeka, kita terperosok dalam berjuta pesona.

Revolusi!Negeri ini memang sangat kaya. Dongengan terus terdengar dan terbaca. Tapi, ingat, bukan lagi kita si empunya. Sehingga senantiasa terhadirkan kata: “dulu…dulu…ya, dulu!”

Kini di negeri agraris, bahan makanan sudah impor. Beras, kedelai, kentang, gula, minyak goreng, dan berjajar sederetan yang “dulu” kita punya, kini harus dibeli dengan terpaksa.

Bibit-bibit-pun harus beli dengan hak paten bukan milik negeri. Bayangkan, di ladang minyak, BBM saja menjadi langka di pasaran.

Revolusi!Memang sudah maju ini negeri. Padahal belum tentu masih kita miliki. Seakan terpotong generasi, kebersamaan semakin dikebiri. Sebagai penjaga keseimbangan, maka dicipta harus saling berprasangka. Niat baik bisa menjadi bencana. Dikira berpura-pura, padahal mencari mangsa.

Tak cukup. Dongengan teroris terus berlari. Sehingga tetangga sendiri, harus pula diwaspadai.

Revolusi!Kemana gema jiwa-jiwa merdeka? Yang “dulu” tak segan bergerak di bawah tanah, membangun mimpi melampaui batas bangsa dan negara, tak patah walau terhadang ancaman senjata.

Kini, bunuh diri kelas? Ah, kamu pasti bercanda.

Coretan lepas tak beraturan
Yogyakarta, 14 September 2012
Sebarkan Artikel Ini :
Sebar di FB Sebar di Tweet Sebar di GPlus

About Unknown

WEBSITE ini didedikasikan untuk ilmu pengetahuan dan HUMAN BEING, silahkan memberikan komentar, kritik dan masukan. Kami menerima artikel untuk dimuat dan dikirim ke kawanram@gmail.com. Selanjutnya silahkan menghubungi kami bila memerlukan informasi lebih lanjut. Salam PEMBEBASAN!
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Post a Comment

PEDOMAN KOMENTAR
Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Mohon tidak memberikan komentar bermuatan penghinaan atau spam, Kita semua menyukai muatan komentar yang positif dan baik.

Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Hargai pembaca lain dengan berbahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.